Jumat, 05 Oktober 2007

Jembatan Selat Sunda


Proyek Prestisius itu Bernama Jembatan Selat Sunda

Rabu, 4 Oktober 2007, Pemda Lampung dan Pemda Banten, bersama rekanan mereka dari Artha Graha Network, menandatangani nota perjanjian pelaksanaan prastudi kelayakan pembangunan jembatan Selat Sunda sepanjang 29 kilometer yang diperkirakan menelan dana Rp. 100 trilyun.

Model konstruksi jembatan yang akan menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatera itu kemungkinan besar adalah tipe suspensi. Seperti diketahui, salah satu kendala pembangunan di tengah laut adalah adanya palung laut sedalam 200 meter dengan panjang 2,5 kilometer.

Rencananya di atas jembatan juga akan dibangun jalur kereta api Trans-Jawa-Sumatera. Studi kelayakan akan dilakukan selama 2 tahun. Apabila dinyatakan layak, baru pada tahun 2012 pembangunan jembatan Selat Sunda bisa dimulai.

Selain dapat menimbulkan multi-flier effect dari sisi ekonomi dan budaya bangsa, pembangunan jembatan ini tentu akan meningkatkan kebanggan (pride) kita sebagai bangsa. Namun yang menjadi pertanyaan, dari manakah sumber dana pembangunan jembatan tersebut? Serta yang tak kalah penting teknologi manakah yang akan dipakai nantinya?

Apakah, lagi-lagi, harus mengandalkan teknologi dan sumberdaya manusia dari luar? Padahal, di negeri ini, telah ditemukan sebuah teknologi baru karya anak bangsa yang bisa mengatasi problematika dunia pembangunan (fisik konstruksi) seperti persoalan kecepatan, kekuatan, termasuk persoalan gempa dan pembangunan dasar laut yang mengandung tingkat kerumitan luar biasa.

Wahai petinggi negeri, teknologi itu adalah “Teknologi Delta Qualstone” karya anak bangsa sendiri.

Tidak ada komentar: