Senin, 30 Maret 2009

Postingan Ke-21 DBBC


Meniru Model Kampanye Djarum Black

Akhir-akhir ini kita sering mendengar janji-janji politik yang bertebaran baik melalui spanduk-spanduk di tepi jalan, brosur yang dibagikan para pengamen dan tukang parkir, berita yang terekam oleh awak media, atau melalui iklan di televisi. Janji-janji tersebut semakin marak pada pada masa-masa kampanye terbuka seperti sekarang, menjelang Pemilu legislatif alias Pileg tanggal 9 April 2009.


Di masa-masa kampanye terbuka yang akan berakhir pada 5 April 2009, para Caleg dan elit politik sibuk tebar pesona kemana-mana. Seolah berubah 180 derajat, mereka begitu perhatian dengan nasib rakyat. Janji-janji manis pun bertaburan seolah mercon yang ditembakkan ke cakrawala malam indah bukan buatan. Janji-janji tersebut seperti soal Sembako murah, kemudahan mencari kerja, program pro petani, pendidikan gratis blablabla.. So Sweet… Apakah Anda percaya? Biarkan hati nurani Anda yang menjawab.

Janji-janji, pada dasarnya merupakan salah satu cara untuk menarik simpati seseorang atau orang banyak. Tak bisa dipungkiri, janji-janji mengandung aura motivasi dan punya daya gerak luar biasa secara psikologis. Pada kasus janji-janji kampanye, banyak yang terbuai namun kemudian banyak pula yang tersadar ternyata janji tinggalah janji karena berhenti hanya sebatas slogan. Bila sudah begini, tentunya model kampanye konvensional sudah tidak cocok lagi digunakan dan harus diganti dengan strategi kampanye kreatif yang lebih simpatik dan meyakinkan.

Kampanye kreatif tersebut salah satunya mungkin bisa mencontoh kampanye pemasaran yang dipakai Djarum Black, yang terbukti berhasil mensinergikan kampanye pemasaran secara online maupun offline sehingga brand Djarum Black menancap kuat di masyarakat, terutama di tengah-tengah komunitas bentukannya, yakni Black Community.

Contoh lain keberhasilan mensinergikan kampanye politik secara online dan offline adalah seperti yang diterapkan Obama ketika bertarung memperebutkan kursi kepresidenan AS. Tak hanya sukses mengkomunikasikan ide-ide soal perubahan (change) di forum debat, presiden pertama di Amerika yang berkulit hitam itu juga sukses membangun jaringan rakyat (offline) berbasis komunitas dan kemudian diwadahi secara apik melalui website pribadi/blog maupun melalui situs jejaring sosial (online).

Begitu maksud saya, Boi. Oya, sewaktu menyelesaikan postingan ini, hati saya sedikit tenang dan senang. Ada apakah gerangan? Cuma berkaitan dengan postingan saya kali ini yang tercatat sebagai postingan ke-21 keikutsertaan saya pada Djarum Black Blog Competition (DBBC) yang diadakan Djarum Black. Artinya, secara administrasi posisi saya cukup aman karena salah satu syarat DBBC harus memuat minimal 20 artikel dengan keyword. Seperti para Caleg yang berdebar-debar menantikan pengumuman KPU, hati saya pun juga sama berdebarnya menantikan pengumuman DBBC. Hmm….

Rabu, 25 Maret 2009

“New Wave Marketing Award” Djarum Black


Bukti Kesungguhan Menggarap Potensi Kreatif

Satu lagi informasi yang saya dapat dari hasil penelusuran di search engine mengenai raihan Djarum Black. Berkat strategi marketing yang dijalankan, Djarum Black diganjar predikat New Wave Marketing Award (NWMA). Hebat yah…


Sebetulnya, pencapaian ini sudah cukup lama diraih Djarum Black, yakni pada 31 Juli 2008 lalu, persisnya. Predikat ini diberikan oleh sebuah lembaga konsultan di bidang pemasaran, MarkPlus, yang menganggap Djarum Black berhasil mengintegrasikan kampanye pemasaran online dan offline berbasis komunitas sehingga brand Djarum Black menancap kuat di benak target market. Penjualan Djarum Black pun meningkat setelah melakukan kampanye pemasaran tersebut.

Kampanye pemasaran offline yang dimaksud adalah; Djarum Black sebagai sebuah brand (merek dagang) telah secara positif menggalang komunitas brand, yakni Black Community. Dan, sudah tidak diragukan concern Djarum Black menggelar even-even positif bagi komunitas bentukannya seperti Black Innovation Award, Black Motodify, Autoblacktrhough maupun Djarum Black Blog Competition. Sedangkan kampanye pemasaran online sendiri adalah hadirnya situs seperti www.autoblackthrough.com sebagai salah satu terobosan besar dalam proses penggalangannya di dunia maya.

Sekali lagi, meski berita ini telah cukup lama dirilis, namun tetap relevan mengingat, seperti dikemukakan Founder dan CEO MarkPlus Hermawan Kartajaya, kondisi perekonomian Indonesia yang saat itu dikejutkan oleh laju inflasi yang melonjak menjadi 11,03% pada Juni 2008. Tingginya laju inflasi ini tentu saja mengkhawatirkan perekonomian tanah air karena menyebabkan terjadinya penurunan daya beli masyarakat. Berikutnya, para investor dan pelaku usaha juga akan mengerem ekspansi usahanya dikarenakan permintaan konsumen yang menurun.

Oleh sebab itu, Hermawan mendorong para pemasar untuk mulai melupakan perang harga dan mulai menerapkan strategi pemasaran kreatif sehingga bisa keluar dari krisis dan tampil menjadi pemenang. Berhubung saat itu MarkPlus memberikan penghargaan NWMA kepada Djarum Black, tentu kita paham maksud strategi pemasaran kreatif yang dimaksud Hermawan tentu seperti apa yang telah dilakukan oleh Djarum Black dengan suksesnya mengintegrasikan kampanye pemasaran online dan offline. Sukses!

Jumat, 20 Maret 2009

Pemilu 2009


Belajar Menerima Kekalahan

Dalam berkompetisi, rasanya sulit mencari orang yang tidak siap menang. Kebanyakan orang justru tidak siap kalah. Padahal, tidak siap kalah sungguh sangat dekat-dekat dengan penyakit gila nomor empat belas (?).


Beberapa bulan lalu, saya ingat pernah menonton berita di televisi yang menayangkan nasib tragis seseorang, sebut saja si Pulan, yang menderita sakit gila karena kalah dalam pemilihan bupati di Pulau Jawa. Besar dugaan Pulan stres lantaran tidak siap kalah. Harta-bendanya ludes untuk biaya pencalonan, utangnya menumpuk di mana-mana, dan satu lagi (sungguh ini bukan contoh yang patut ditiru), isteri tercintanya malah pergi meninggalkannya di saat-saat Pulan sedang terpuruk begitu rupa.

Kasus si Pulan cuma salah satu contoh mereka yang tidak siap kalah dalam berkompetisi. Jadi, hati-hati saja buat para Caleg yang akan bertarung pada Pemilu 9 April nanti. Salah-salah, kalau tidak siap mental malah akan mengalami nasib tragis seperti si Pulan. Kan kasihan pemerintah baru nantinya, akan tambah bebannya, misal sepersekian persen saja dari puluhan ribu Caleg tersebut tidak siap kalah (saya tidak bisa bayangkan panti-panti rehabilitasi dan rumah-rumah sakit jiwa bakal kebanjiran pasien baru).:-P

Maka, agar tidak mengalami nasib seperti si Pulan, tentunya kita--maksud saya lebih kepada para Caleg--harus memiliki mental siap kalah. Dalam arti niat harus kembali diluruskan, bahwa pencalonan ini tidak semata-mata hanya mengejar jabatan yang pada akhirnya berimplikasi pada rusaknya tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara akibat sikap culas, arogan, serakah, sombong dan tidak peka kepada kepentingan masyarakat luas. Segala hal harus diperhitungkan secara matang dan rasional, termasuk perhitungan keuangan agar ketika kalah tidak terlalu terpuruk dan tidak sampai gila seperti Pulan.

Saya sendiri, saat memutuskan mengikuti Djarum Black Blog Competition per 9 Februari lalu, sudah siap kalah dan siap menang (kalau menang seh sudah sesiap-siapnya, boi). Yups, meskipun setiap peserta yang mengikuti kompetisi yang diselenggarakan Djarum Black ini tidak berkorban sedemikian besar layaknya menjadi Caleg, toh sikap siap kalah juga harus dipupuk dari hal yang kecil supaya kita lebih siap di kala menghadapi kompetisi yang lebih besar. Selamat berkompetisi!

Selasa, 17 Maret 2009

Black Community


Bukan Komunitas Perdukunan

Saat pertama mendengar kata-kata Black Community alias komunitas hitam, bayangan anda mungkin sama seperti pada waktu saya pertama kali mendengar kata-kata ini.


Dalam bahasa universal, warna mengandung makna sesuatu. Pink misalnya, sangat identik dengan kaum hawa yang feminim. Biru identik dengan perdamaian dan pengayoman, merah keberanian, hijau warna keagamaan umat Islam, abu-abu digambarkan untuk mereka yang tidak memiliki kejelasan sikap (biasanya dalam politik), putih diartikan bersih dan suci. Lalu bagaimana dengan warna hitam? Itulah masalahnya, banyak yang mendefenisikan warna ini kebalikan dari defenisi warna putih.

Jadi tak terlalu berlebihan bila banyak yang ketika pertama kali mendengar kata-kata Black Community, akan membayangkan sebuah komunitas negatif seperti perkumpulan para begundal-begundal jalanan atawa perkumpulan mereka yang termotivasi pada dunia mistik perdukunan (sering disebut dunia hitam). Kalau masih belum percaya cobalah ketik black community di search engine maka anda akan memperoleh feedback yang berupa-rupa informasi, termasuk yang bernada agak sumbang alias negatif.

Namun, tentu berbeda dengan Black Community yang mengusung brand Djarum Black dalam setiap kegiatannya. Jangan harap anda akan menemukan hal-hal negatif pada komunitas para kreator ini. Sebaliknya, anda justru akan menemukan segudang kegiatan anak-anak muda yang memiliki citarasa tinggi dalam berinovasi. Jadi, kata-kata black sebenarnya bukan untuk diasosiasikan secara makna tradisional, tetapi lebih kepada pencitraan produk Djarum Black yang seluruh kemasannya nyaris diselubungi warna gelap. Begitu boi…

Saya sendiri, dan teman-teman sekalian yang juga sebagai peserta Djarum Black Blog Competition yang disponsori Djarum Black, mungkin juga bisa digolongkan ke dalam Black Community. Jadi, untuk disebut Black Community tidak mesti harus memiliki mobil atawa motor berwarna hitam, toh? (Mungkin).

Senin, 16 Maret 2009

Djarum Black Car Community


Hitamnya Punyaku tak Sehitam Punyamu…

Judul postingan saya kali ini mungkin terdengar agak sedikit ngaco dan nggak nyambung. Tapi tak mengapa, bukan itu tujuannya, yang penting keyword-nya boi…


Jujur, tak banyak yang saya tahu mengenai komunitas yang satu ini atau apapun yang saya tulis mengenai keyword yang berhubungan dengan Djarum Black Blog Competition yang saya ikuti. Berbekal informasi yang saya himpun dari search engine, lalu saya hubung-hubungkan menurut selera saya, maka jadilah postingan-postingan barakadut yang salah satunya anda baca saat ini. Hehe mudah-mudahan nyambung meski terkesan agak dipaksa-paksain biar keyword-nya muncul.. (dasar!).

Mengenai Djarum Black Car Community (DBCC), dari namanya saja orang mungkin sudah bisa menebak bahwa DBCC merupakan komunitas atau perkumpulan bagi mereka yang memiliki kendaraan roda empat alias mobil dari berbagai jenis mulai MPV, SUV, sedan, jeep dan lain-lain. Sesuai namanya lagi, tentunya kendaraan tersebut mutlak harus berwarna hitam (black) choi. Serta, masih menurut informasi yang terpercaya, akan menjadi nilai tambah tersendiri bila mobil tersebut telah mengalami sentuhan modifikasi misalnya pada velg atau body kits.

Begitulah boi sekilas mengenai DBCC ini. Lepas dari apa saja sebenarnya kegiatan DBCC, sungguh saya salut dengan kejelian manajemen Djarum Black mengangkat hal-hal yang berhubungan dengan brand menjadi bagian dari strategi marketing. Kini, berkat concern Djarum Black yang begitu kuat terhadap hal-hal yang berhubungan dengan dunia otomotif, rasanya sulit memisahkan brand ini dengan apapun yang berhubungan dengan otomotif, terutama dunia modif-memodif. Jadi pada hemat saya, Djarum Black telah menerapkan strategi pemasaran yang sangat brilian.

Harus pula saya akui, sebenarnya saya juga punya benda berwarna hitam loh (?). Namun saya tidak yakin dengan benda tersebut saya bisa menjadi anggota DBCC. Maklum, setelah saya ingat-ingat benda berwarna hitam yang saya miliki itu (tentu bukan sebuah mobil) hanyalah sebuah tas berwarna hitam yang selalu saya bawa setiap pergi ke kantor. Jadi, sehitam-hitamnya punyaku tentunya masih hitam punyamu huahahaha.. (ngaco!).

Jumat, 13 Maret 2009

Black Motor Community


Jauh dari Citra Geng Motor

Saat video kekerasan geng motor mencuat di media beberapa waktu lalu, banyak pihak dibuat kaget oleh ulah sekumpulan anak muda berandalan yang berlaku bak para bromocorah. Sejak itu, citra geng motor sontak menjadi jelek dan menjadi cibiran masyarakat.


Masih lekat dalam ingatan kita, dalam rekaman video amatir yang diambil oleh salah satu dari anggota geng motor di salah satu daerah, lalu disiarkan oleh hampir seluruh tivi nasional beberapa waktu lalu, terlihat bahwa ketika beraksi anak-anak muda itu begitu terorganisir layaknya perkumpulan profesional (melebihi militer malah). Ketika mengeksekusi target di sebuah lokasi, aksi mereka sangat cepat dan sistemik sehingga aparat keamanan saja tidak sempat mengambil tindakan.

Pada rekaman lain diperlihatkan bagaimana para calon anggota geng motor, yang rata-rata berusia remaja, digojlok alias diplonco oleh para pentolan geng. Tanpa sebab yang jelas, para calon anggota geng motor yang hanya memakai celana kolor dipukuli oleh seniornya. Terlihat pula sesama calon anggota geng motor diadu sembari diteriaki kata-kata kasar oleh para seniornya mirip di arena sabung ayam. Jadi, tak berlebihan ketika terjun ke jalanan, para anggota geng motor ringan saja melakukan kekerasan karena sedari awal mereka sudah dikenalkan dengan budaya kekerasan.

Tentu kita berharap budaya kekerasan tidak ada dalam kamus mereka yang tergabung dalam Black Motor Community (BMC), yang--katanya--saat ini hampir ada di setiap daerah di Indonesia. Apalagi, BMC mengusung sebuah brand yang sudah dikenal sebagai brand yang sangat concern mensponsori kegiatan-kegiatan otomotif, yakni Djarum Black. Jadi sangat mustahil bila BMC dibelokkan menjadi komunitas serupa geng motor karena yang saya dengar, para calon anggota BMC dibekali oleh persyaratan yang cukup ketat tidak hanya sekedar memiliki motor berwarna hitam.

Dari pihak Djarum Black sebagai pembina (supporting) sendiri, tentunya sudah memiliki rambu-rambu atau semacam legal-drafting untuk para BMC sehingga tidak melenceng dari arah kebijakan perusahaan maupun hukum yang berlaku. Karena akan sangat membahayakan sebuah brand yang sudah dikenal memiliki reputasi bagus kalau saja komunitas yang di-support habis-habisan (organisasi sayap kalau di politik praktis) disusupi orang-orang bermental bromocorah. Sukses untuk BMC!

Rabu, 11 Maret 2009

Black in News


Yang Informatif dan Yang Segar

Bagi para Black Community, program yang satu ini sudah tidak asing lagi. Program informatif seputar otomotif, hobi, tempat-tempat unik, teknologi terbaru, dan tentu saja berisi liputan seputar kegiatan yang disponsori Djarum Black itu, kini telah memasuki episiode ke 100. Hebat yah…


Saya lupa sejak kapan mulai menggemari program Black in News (BiN), yang tayang di Trans7 setiap Kamis pukul 23.00 WIB. Kalau tidak salah sejak saya memiliki tivi sendiri deh, yang saya beli dengan hasil keringat saya sendiri, dan luar biasanya, sungguh ini di luar kebiasaan yang patut dikenang:-D, tivi 14 inchi merek LG tersebut saya beli kontan alias cash, sekitar satu tahun yang lalu… Dan, kalau tidak salah lagi, sejak itu pula saya mulai mengenal program BiN:-P

Harus saya akui, dan saya tidak peduli bila pengakuan ini akhirnya menggolongkan saya pada kelompok orang-orang katro bin ndeso, karena saya hampir tidak pernah melewatkan acara Empat Mata, yang sekarang berganti Bukan Empat Mata, yang dipandu oleh si Kumis Lele Tukul Arwana, yang kebetulan juga tayang di stasiun yang sama. Sehabis acara ini, bisa dipastikan saya sudah terbuai di alam mimpi, boi..

Namun, akan berbeda halnya bila saya menonton pada Kamis malam. Setelah usai menonton tingkah pola Tukul bersama bintang tamunya, mata saya bisa dipastikan belum mau diajak kompromi selain usai menuntaskan program “Black in News” (saat mengucapkannya harus disertai dengan membentang kedua belah telunjuk dan ibu jari membentuk piramida).

Lalu apa saja yang menarik dari BiN? Bukan sensasi bukan pula gosip seperti halnya program infotainment atau reality show yang belakangan membanjir di hampir seluruh stasiun televisi. BiN menarik dan kenapa bisa bertahan hingga episode 100 saya kira karena sifatnya yang informatif dan dikemas secara menarik sehingga mengena para pemirsa, yang kebanyakan kawula muda.

Satu lagi, boi, dan ini yang tidak bisa dipungkiri, karena host alias presenternya yang cantik-cantik dan semlohai (dibaca: seksi) seperti Aline Tumbuan, Rahmah Umayya, Caroline Soerachmat dan Imelda Therine. Merekalah bidadari-bidadari yang menjelma saban Kamis malam mengantar pria-pria kesepian--seperti saya--ke peraduan dengan tanpa sadar, seringkali tanpa sadar, sembari menarik bibir ke atas hyoo hehe(?)...

Selasa, 10 Maret 2009

Pemilu 2009 Sudah di Ambang Pintu


Pemilih jangan Asal Pilih

Sebulan lagi, tepatnya tanggal 9 April 2009, bangsa Indonesia akan menggelar pesta akbar perhelatan demokrasi yang disebut Pemilihan Umum (Pemilu). Bagi yang tercatat sebagai pemilih, dianjurkan untuk menggunakan hak yang dimiliki dengan sebaik-baiknya.


Belakangan ini, tiap kali saya bepergian ke beberapa daerah, bahkan hingga ke pelosok-pelosok desa, saya melihat betapa semaraknya daerah-daerah tersebut oleh iklan warna-warni berisi sosialisasi para calon wakil rakyat (maklum, Pemilu suu dekat). Berbagai macam bentuk dan ukuran media sosialisasi tersebut dipajang seenaknya di pinggir-pinggir jalan, di pasar, terminal, pertigaan jalan, di kaca-kaca belakang angkutan umum, di atas pertokoan atau bahkan di pepohonan.

Tentu saja hampir seluruh kandidat tersebut tidak saya kenal, kecuali hanya satu-dua tokoh nasional yang tampangnya sudah cukup familiar. Yang saya cukup takjub, bila saya perhatikan foto-foto mereka yang bak para artis dan foto model dadakan itu, tak sedikit dari mereka berusia relatif cukup muda. Amboi, mudah-mudahan niat mereka menjadi wakil rakyat sungguh-sungguh untuk maksud yang baik, tidak semata-mata karena kalah dalam berkompetisi di tengah sulitnya mencari pekerjaan di republik ini.

Semboyan yang diusung para caleg pun beragam, benar-benar membuai orang-orang yang membacanya. Selain retorika kata-kata alias jargon politik yang disesaki janji-janji surga, cara mereka menarik perhatian pemilih dilakukan dengan berbagai rupa; melalui dunia maya ber-facebook atau ber-friendster ria, atau melalui media ruang terbuka. Yang seru ada caleg yang cukup kreatif memakai kostum superhero-heroan ketika memasarkan dirinya (wahai, betulkah lembaga wakil rakyat sekarang membutuhkan sosok superhero beneran?).

Melihat betapa kreatifnya para caleg memasarkan diri dan berlomba-lomba membentuk image positif bagi dirinya sendiri itu, saya pun terpikir alangkah serunya bila ada yang mau membuat semacam lomba, seperti halnya Djarum Black mengadakan kompetisi bagi para black community semisal Djarum Black Blog Competition , Djarum Black Innovation Award atau Autoblacktrough . Nah, untuk lomba Caleg Award alias kompetisi memasarkan diri ini, mungkin bisa memasukkan kategori seperti terkreatif, ternarsis, termehek-mehek atau teerrrlaalluuu... Kan lumayan, kalaupun tidak “jadi” bisa dapat hadiah hiburan hehe...

Pesan saya, ini serius yah, mari kita gunakan hak pilih kita dengan sebaik-baiknya. Jangan karena takut fatwa MUI kita pun seperti terpaksa menggunakan hak pilih. Memilih dengan hati dan pengetahuan jejak rekam (track record) caleg penting karena nasib bangsa ini sangat tergantung pada keputusan kita di bilik suara nanti. Sudah banyak kasus-kasus tidak terpuji para wakil rakyat seperti korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), hingga kasus asusila yang mencoreng citra lembaga wakil rakyat “Djang Terhormat”. Jangan lagi orang-orang seperti ini menjadi wakil kita, setuju?

Jumat, 06 Maret 2009

Djarum Black Innovation Award Goes to Campus


Setiap Orang Selayaknya Memiliki Kreativitas

Lepas dari visi bisnis PT. Djarum (produsen Djarum Black) sebagai sebuah perusahaan profesional, kita patut apresiatif pada institusi yang berdiri pada 21 April 1951 ini atas perhatiannya terhadap kegiatan-kegiatan positif yang ditujukan bagi generasi muda. Salah satunya even Djarum Black Innovation Award Goes to Campus (BIA GtC).


Saat saya menaruh kata kunci “BIA GtC” (diketik lengkap) di search engine, saya dituntun pada banyak web yang mencatat topik satu ini baik dalam bentuk rilis maupun artikel singkat. Tak semua saya buka karena di alamat www.blackinnovationawards.com sudah cukup mewakili informasi yang saya butuhkan untuk membuat sebuah tulisan yang, tentunya memaktub keyword yang saya inginkan hehe…

Saya tertarik pada satu liputan berjudul: Djarum BIA Goes To Campus (23/11) Depok, Everbody has its Own Creativity yang diposting pada 24 Desember 2008. Kata-kata “Everbody has its Own Creativity” ini rupanya dikutip dari pernyataan si cantik Caroline Soerachmat yang saat itu bertugas selaku MC atau Host di acara BIA GTC Gunadarma (23/12). Caroline yang namanya sudah tak asing di kalangan black community karena merupakan Reporter Black in News ini memang tidak jauh-jauh dari penyelenggaraan BIA GtC.

Menurut Caroline, dengan adanya ajang BIA GtC setidaknya mampu menunjukkan kalau kreatifitas memang milik semua orang dan tidaklah selalu dilandasi dengan kualitas akademis serta materi semata. Tentu saja dengan tidak melupakan salah satu tujuan utama dari kreatifitas itu sendiri.

“Arti BIA itu buat gue adalah wadahnya buat orang-orang kreatif yang out of the box-minded dan should to be different from the others, dan I'm sure apapun kreatifitas itu harus dapat membantu orang lain karena kreatifitas itu bukan untuk membantu diri sendiri tapi dengan juga membantu orang lain itu merupakan salah satu hal yang luar biasa termasuk dalam BIA ini,” ujar Caroline yang memiliki gaya bertutur memikat ini.

Caroline melihat sepanjang perjalanan BIA GtC, antusias besar dari para mahasiswa untuk mengikuti ajang ini tergolong sangat tinggi. Apalagi dengan adanya sesi workshop atau brain exercise di dalam item acara BIA GtC sendiri, kreatifitas yang muncul dari pemecahan masalah sederhana diakui banyak bermunculan dari para calon inovator muda. So, sukses untuk BIA GtC 2009!

Kamis, 05 Maret 2009

Delapan Hari di Gorontalo


Tak Perlu Keliling Dunia

Selama delapan hari, 24 Februari-3 Maret, saya berada di Provinsi Gorontalo untuk sebuah urusan pekerjaan. Sungguh, orang-orangnya, alamnya, kotanya, atau makanannya sangat mengena di hati saya. Apalagi bila ingat sup kaldu kaki sapi nasi kuning yang membuat perut saya krunyuk-krunyuk bila mengingatnya…


Saat saya berada di Limboto (Ibukota Kabupaten Gorontalo), yang berjarak sekitar 12 km dari ibukota provinsi, saya agak kaget melihat sebuah menara yang menjulang setinggi 65 meter persis di atas perempatan jalan di jantung kota itu. Menyaksikan menara yang belakangan saya ketahui bernama Menara Keagungan Limboto, saya tiba-tiba ingat Menara Eiffel di Prancis sana. Benar-benar serupa tapi tak sama hehe..

Saya pun harus mengakui ada benarnya juga lagu berjudul Tak Perlu Keliling Dunia yang dilantunkan penyanyi remaja nan cantik, Gita Gutawa. Tak perlu harus bersusah payah jauh-jauh, merogoh kocek dalam-dalam pergi ke Prancis hanya untuk sekedar berfose di dekat menara legendaris itu. Toh kalau di Bumi Hulontalo sudah ada menara yang sedemikian mirip dan megahnya, meski dalam banyak hal berbeda.

Oya Kawan, sebenarnya banyak tempat-tempat menarik di provinsi ke 32 Indonesia yang resmi terbentuk pada 2001. Namun, hanya beberapa tempat saja yang saya bisa kunjungi, salah satunya menara Eiffel from Limboto itu. Selama delapan hari di sana, saya lebih banyak menghabiskan waktu di hotel, ngadem, sembari mengerjakan laporan yang menumpuk. Selebihnya paling saya keluar untuk urusan pekerjaan karena memang suhu udara di sana mungkin dua kali lipat panasnya dari suhu di Jakarta.

Dan, selama delapan hari lebih, saya nyaris mengabaikan blog butut saya yang kebetulan saya ikutkan pada kompetisi Djarum Black Blog Competition. Dus, melihat potensi anak-anak mudanya, rasanya tak terlalu berlebihan bila Gorontalo dijadikan sebagai salah satu tempat even-even yang diselenggarakan oleh Djarum Black, mungkin di masa-masa yang akan datang.