Selasa, 29 Januari 2008

Jangan Remehkan Tukang Ojek


Pejabat Manfaatkan Jasa Tukang Ojek

Ada beberapa kejadian unik di balik pemakaman Pak Harto di Astana Giri Bangun, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Senin kemarin. Sejumlah pejabat terlihat naik ojek menuju areal pemakaman. Mo ngirit Pak? Atau sebagai bentuk penghormatan terakhir buat Sang Jendral Besar?


Ini pemandangan yang tak biasa. Sejumlah pejabat Ring-1 seperti Andi Mallarangeng, Menteri Perhubungan Jusman Syafei Djamal, Ketua DPD Ginandjar Kartasasmita, serta Menteri Dalam Negeri Mardiyanto, Senin kemarin terlihat sedang naik ojek motor. Rupanya ini bukan karena mo ngirit atau sebagai bentuk penghormatan terakhir buat Pak Harto, atau juga malah ingin mengajarkan kepada rakyat bagaimana caranya berhemat loh. Bukan. Ini lebih karena terpaksa karena hampir seluruh akses menuju areal pemakaman macet total!

Bukan hanya di Karanganyar yang terkena macet, jalanan di Jakarta yang dilewati oleh iring-iringan mobil jenazah Pak Harto dari Cendana menuju bandara, juga mengalami kondisi serupa. Teman sekantor saya hanya bisa ngomel-ngomel karena ia harus memilih memutar naek angkot untuk menghindari macet. Hari biasa saja macetnya sudah minta ampun, apalagi dengan kondisi seperti itu. Hehe coba kalo naek ojek mungkin bisa sedikit mengurangi kemacetan yah...

Saya sendiri bersyukur karena tiap hari hampir tidak pernah dipusingkan dengan persoalan macet yang bisa bikin stres. Maklum rumah kontrakan saya dengan kantor jaraknya tak lebih dari 100 meter. Tapi yang namanya tinggal di Ibukota pasti tidak akan lepas dengan persoalan satu ini. Kalau sudah terbentur dengan kondisi ini semestinya kita sudah bisa mengantisipasi semisal pergi lebih awal atau memanfaatkan angkutan yang bisa meminimalisir macet seperti naek busway, kereta api, dan…ojek tentunya.

Oya, ngomong-ngomong soal tukang ojek dan meninggalnya Pak Harto memang seperti membincangkan langit dan bumi. Jauh sekali. Meninggalnya Pak harto tak ada urusannya dengan eksistensi tukang ojek. Tapi bagi tukang ojek di Karanganyar lain lagi. Meninggalnya Pak Harto tentu saja mengandung berkah tersendiri. Salah seorang tukang ojek bernama Sutikno mengaku selama dua jam bisa mengantongi uang jasa antar sekitar Rp 350 ribu. Rata-rata ia mengantar tamu-tamu resmi yang ikut mengantar Pak Harto ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Wah senangnya (maksudnya para tukang ojeknya!):-P

Di akhir catatan singkat ini, saya hanya bisa mengucapkan; ‘Selamat jalan Pak Harto’ dan ‘Selamat mengantarkan Pak Harto eh, selamat mengantarkan para pelayat dengan selamat untuk para abang-abang tukang ojek’ maksudnya...