Jumat, 20 Februari 2009

Fenomena Ponari dan Program CSR PT. Djarum


Cibiran Mahalnya Biaya Kesehatan

Sudah beberapa minggu ini, kita dihebohkan oleh bocah cilik asal Jombang, Jawa Timur, bernama Ponari yang tiba-tiba memiliki kemampuan mengobati berbagai penyakit dengan sebuah batu yang dicelupkan ke dalam air minum (baca: air kobokan).


Alkisah pada suatu hari Ponari sedang bermain di bawah guyuran hujan deras ditingkahi sambaran petir. Tiba-tiba bocah kelas III SD itu kemasukan hawa panas, seperti baru terkena sambaran petir. Saat itulah, tiba-tiba muncul batu sebesar kepalan tangan, berwarna kehitaman. Batu ini, oleh Ponari, dibawa pulang. Oleh neneknya, batu itu sempat dibuang. Namun, menurut cerita, batu tersebut muncul kembali di rumahnya.

Ihwal berita Ponari bisa mengobati penyakit, terjadi setelah salah seorang tetangganya menderita sakit. Tanpa sadar, Ponari memberi minuman air putih, yang dicelupi batu itu. Menurut pengakuan beberapa warga dusun, orang yang diberi minuman Ponari bisa sembuh. Peristiwa ini menjadi bahan pembicaraan warga di lingkungan tempat tinggal Ponari.

Selanjutnya, dari mulut ke mulut cerita itu pun menyebar ke berbagai tempat: bahwa di Dusun Kedungsari, muncul dukun tiban yang bisa mengobati segala macam penyakit. Puluhan ribu orang pun kemudian berbondong-bondong ke sana. Calon pasien yang datang kebanyakan adalah warga yang frustrasi karena penyakitnya tak kunjung sembuh meski sudah berobat ke dokter. Ada pula yang karena tak sanggup dengan tingginya biaya pengobatan di rumah sakit, akhirnya memilih pengobatan ala Ponari.

Luar biasa fenomena Ponari, seorang anak bau kencur yang sebelumnya sangat miskin kini mendadak kaya-raya (penghasilannya dari mengobati orang kabarnya Rp60 juta per hari). Ia juga sangat terkenal dan mulai memiliki magnet tersendiri. Bayangkan Gubernur Jawa Timur dan Menteri Kesehatan pun pernah terlibat adu argumen di media massa dikarenakan makin hari jumlah pasien Ponari makin membengkak sehingga membuat gerah berbagai pihak, termasuk aparat keamanan, pamong praja dan departemen yang mengurusi masalah kesehatan. Tragisnya, akibat berdesak-desakan sewaktu antre di gang sempit menuju tempat praktek sang dukun cilik, beberapa orang tewas terinjak-injak.

Seperti halnya Gubernur Jatim Soekarwo, beberapa pihak menuding fenomena Ponari merupakan cermin dari buruknya layanan dan mahalnya biaya kesehatan, meski kemudian ditampik oleh Menteri Kesehatan Dr. Siti Fadilah Supari. Bahkan tanpa tedeng aling-aling, seperti dikutip dari situs www.tempointeraktif.com, Menkes malah menyalahkan rasionalitas masyarakat. “Ada hubungannya dengan kejiwaan,” tandasnya ringan.

Kawan, kita tentu memiliki opini sendiri berkenaan dengan fenomena Mponori eh, Ponari ini. Sebagai orang yang beradab, kita percayakan saja kepada pemerintah untuk melakukan langkah-langkah yang terbaik bagi kepentingan masyarakat. Selebihnya kita bisa menaruh harap pada perusahaan-perusahaan besar seperti PT. Djarum (produsen Djarum Black) melalui program Tanggungjawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)-nya. Misalnya, pada saat PT Djarum menggelar even-even besar, bisa diselingi aksi sosial semisal pengobatan gratis untuk masyarakat kurang mampu. Bravo PT Djarum, Bravo Djarum Black!