Rabu, 01 April 2009

Tragedi Situ Gintung


Jangan Hanya Saling Menyalahkan

Selasa (31/3) kemarin, bersama rekan-rekan kantor, saya berkesempatan meninjau langsung lokasi bencana Situ Gintung di Cirendeu, Tangerang Selatan. Dalam kesempatan tersebut, kami juga menyalurkan bantuan tandon (tanki) dan air bersih kepada para relawan dan pengungsi.


Hari kelima, pasca tragedi jebolnya tanggul Situ Gintung pada Jumat (27/3) pagi, suasana di lokasi kejadian, saat saya dan teman-teman kantor terjun langsung ke lokasi, masih diliputi kedukaan yang mendalam. Ratusan pengungsi yang terdiri dari orangtua, remaja dan anak-anak masih diliputi suasana pilu karena didera perasaan kehilangan, baik harta benda maupun karena ditinggal orang-orang yang disayangi secara tragis. Sampai hari ini tercatat korban yang meninggal berjumlah 100 orang, sementara yang belum diketemukan berjumlah 14 orang.


Hati siapa yang tak remukredam menyaksikan kegundahan para orangtua yang kehilangan anak terkasih, para anak yang kehilangan orangtua tercinta, suami kehilangan isteri, menantu yang kehilangan mertua, mertua kehilangan menantu, kakek kehilangan cucu,,, Belum lagi harta benda yang ludes dilindas air bah yang hanya dalam waktu sepersekian menit saja. Coba bayangkan kalau musibah tersebut menimpa kita atau keluarga kita? Rasakan kepedihan dan kehilangan mereka.

Di televisi saya menyaksikan seorang Ayah yang kehilangan isteri dan ketiga putranya. Terlihat betapa Sang Ayah begitu depresi menerima kenyataan seluruh belahan jiwanya pergi untuk selamanya. Ada pula kisah sepasang orangtua dari Lampung yang tak kuat menahan tangis karena anak gadis kesayangannya ikut menjadi korban. Lalu kisah seorang kakek yang selamat karena tersangkut di pohon, namun naas, seluruh keluarganya (anak, isteri, menantu dan cucunya) menjadi korban.



Di televisi pula saya menyaksikan para pejabat sibuk mencari pembenaran sendiri dan saling tuding menyalahkan pihak lain. Ada pula kisah yang kurang simpatik saat segelintir mahasiswa mendemo kunjungan kedua Wapres HM. Jusuf Kalla karena dituding hanya mencari popularitas. Ya ampun, kenapa sih kita menjadi begitu kekanak-kanakan? Kenapa kita tidak pernah mau belajar dari kegagalan dan bencana? Kenapa kita selalu penuh curiga satu sama lain? Kenapa kita tidak berpegangan erat dan bekerja bersama membantu apa yang bisa kita lakukan? Semoga sekecil apapun yang bisa kita lakukan, bermanfaat adanya.

Oya, adakah kalangan Black Community juga ikut bergabung bersama ratusan relawan di Situ Gintung? Mudah-mudahan ada yah, kalaupun tidak ada anggaplah saya sebagai perwakilannya hehe…