Senin, 30 Maret 2009

Postingan Ke-21 DBBC


Meniru Model Kampanye Djarum Black

Akhir-akhir ini kita sering mendengar janji-janji politik yang bertebaran baik melalui spanduk-spanduk di tepi jalan, brosur yang dibagikan para pengamen dan tukang parkir, berita yang terekam oleh awak media, atau melalui iklan di televisi. Janji-janji tersebut semakin marak pada pada masa-masa kampanye terbuka seperti sekarang, menjelang Pemilu legislatif alias Pileg tanggal 9 April 2009.


Di masa-masa kampanye terbuka yang akan berakhir pada 5 April 2009, para Caleg dan elit politik sibuk tebar pesona kemana-mana. Seolah berubah 180 derajat, mereka begitu perhatian dengan nasib rakyat. Janji-janji manis pun bertaburan seolah mercon yang ditembakkan ke cakrawala malam indah bukan buatan. Janji-janji tersebut seperti soal Sembako murah, kemudahan mencari kerja, program pro petani, pendidikan gratis blablabla.. So Sweet… Apakah Anda percaya? Biarkan hati nurani Anda yang menjawab.

Janji-janji, pada dasarnya merupakan salah satu cara untuk menarik simpati seseorang atau orang banyak. Tak bisa dipungkiri, janji-janji mengandung aura motivasi dan punya daya gerak luar biasa secara psikologis. Pada kasus janji-janji kampanye, banyak yang terbuai namun kemudian banyak pula yang tersadar ternyata janji tinggalah janji karena berhenti hanya sebatas slogan. Bila sudah begini, tentunya model kampanye konvensional sudah tidak cocok lagi digunakan dan harus diganti dengan strategi kampanye kreatif yang lebih simpatik dan meyakinkan.

Kampanye kreatif tersebut salah satunya mungkin bisa mencontoh kampanye pemasaran yang dipakai Djarum Black, yang terbukti berhasil mensinergikan kampanye pemasaran secara online maupun offline sehingga brand Djarum Black menancap kuat di masyarakat, terutama di tengah-tengah komunitas bentukannya, yakni Black Community.

Contoh lain keberhasilan mensinergikan kampanye politik secara online dan offline adalah seperti yang diterapkan Obama ketika bertarung memperebutkan kursi kepresidenan AS. Tak hanya sukses mengkomunikasikan ide-ide soal perubahan (change) di forum debat, presiden pertama di Amerika yang berkulit hitam itu juga sukses membangun jaringan rakyat (offline) berbasis komunitas dan kemudian diwadahi secara apik melalui website pribadi/blog maupun melalui situs jejaring sosial (online).

Begitu maksud saya, Boi. Oya, sewaktu menyelesaikan postingan ini, hati saya sedikit tenang dan senang. Ada apakah gerangan? Cuma berkaitan dengan postingan saya kali ini yang tercatat sebagai postingan ke-21 keikutsertaan saya pada Djarum Black Blog Competition (DBBC) yang diadakan Djarum Black. Artinya, secara administrasi posisi saya cukup aman karena salah satu syarat DBBC harus memuat minimal 20 artikel dengan keyword. Seperti para Caleg yang berdebar-debar menantikan pengumuman KPU, hati saya pun juga sama berdebarnya menantikan pengumuman DBBC. Hmm….