Jumat, 04 Januari 2008

Angin Segar untuk Infotainmen


"Infotainmen Sejajar dengan Karya Jurnalistik Lain"

Berita infotainmen yang selama ini dianggap jurnalistik remeh-temeh, ternyata punya kekuatan sendiri dan sejajar dengan pemberitaan lainnya seperti politik, ekonomi, dan sosial. Bahkan, banyak kasus publik yang sering kali tidak bisa dilakukan oleh media pemberitaan lain, berita infotainmen mampu mengupas tuntas.

Media Indonesia, Jumat 4 Januari 2008

Pagi ini saya membaca sebuah berita di Harian Media Indonesia yang membuat saya sedikit terhibur. Sebuah berita tentang infotainmen. Maklum, sebagai orang yang pernah bekerja di dunia infotainmen kurang lebih 1,5 tahun (di tayangan Kroscek, Lens dan situs berita Kroscek), saat membaca berita tersebut ingatan saya tiba-tiba kembali pada masa-masa saat masih bergelut di dunia yang satu itu.

Adalah Agus Maladi Irianto, mahasiswa S3 FISIP UI Depok yang mengangkat disertasi berjudul: Kontestasi Kekuasaan Sajian Acara Televisi: Studi Tentang Program Tayangan Infotainment. Agus mempertahankan disertasinya dan mendapatkan nilai cum laude untuk penelitiannya itu.

Menurut Agus, infotainmen bukan sekedar berita remeh-temeh. Sebab, dari liputan-liputannya sering kali mampu membongkar persoalan publik, yang boleh jadi tidak mampu dilakukan oleh liputan di bidang lain.

Agus mencontohkan kasus pengakuan pengacara muda Farhat Abbas yang tidak pernah menikah dengan perempuan lain kecuali Nia Daniaty. Kasus itu akhirnya terbongkar dan muncul perempuan lain yang pernah menjadi isteri Farhat. Kasus menghebohkan dari keluarga Cendana, terkait dengan pernikahan siri Mayangsari dan Bambang Trihatmodjo yang selama ini tertutup akhirnya juga terbongkar.

Agus meyakini sajian acara yang bertarung lebih dari 15 jam itu telah melibatkan sejumlah kepentingan. Selain kepentingan televisi, juga telah merembet ke kepentingan negara menyangkut regulasi, rumah produksi, biro iklan, lembaga survei penonton, partai politik, dan organisasi kemasyarakatan yang merespons tayangan itu.

Sebagai sajian televisi, kata Agus yang dulunya wartawan Jakarta-Jakarta dan harian sore Wawasan Semarang itu, berita infotainmen mampu memporoduksi representasi realitas sosial dengan melibatkan interaksi dan negosiasi dengan sejumlah pelaku.

Begitulah kata Pak Agus Maladi Irianto.