Selasa, 29 Januari 2008

Jangan Remehkan Tukang Ojek


Pejabat Manfaatkan Jasa Tukang Ojek

Ada beberapa kejadian unik di balik pemakaman Pak Harto di Astana Giri Bangun, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Senin kemarin. Sejumlah pejabat terlihat naik ojek menuju areal pemakaman. Mo ngirit Pak? Atau sebagai bentuk penghormatan terakhir buat Sang Jendral Besar?


Ini pemandangan yang tak biasa. Sejumlah pejabat Ring-1 seperti Andi Mallarangeng, Menteri Perhubungan Jusman Syafei Djamal, Ketua DPD Ginandjar Kartasasmita, serta Menteri Dalam Negeri Mardiyanto, Senin kemarin terlihat sedang naik ojek motor. Rupanya ini bukan karena mo ngirit atau sebagai bentuk penghormatan terakhir buat Pak Harto, atau juga malah ingin mengajarkan kepada rakyat bagaimana caranya berhemat loh. Bukan. Ini lebih karena terpaksa karena hampir seluruh akses menuju areal pemakaman macet total!

Bukan hanya di Karanganyar yang terkena macet, jalanan di Jakarta yang dilewati oleh iring-iringan mobil jenazah Pak Harto dari Cendana menuju bandara, juga mengalami kondisi serupa. Teman sekantor saya hanya bisa ngomel-ngomel karena ia harus memilih memutar naek angkot untuk menghindari macet. Hari biasa saja macetnya sudah minta ampun, apalagi dengan kondisi seperti itu. Hehe coba kalo naek ojek mungkin bisa sedikit mengurangi kemacetan yah...

Saya sendiri bersyukur karena tiap hari hampir tidak pernah dipusingkan dengan persoalan macet yang bisa bikin stres. Maklum rumah kontrakan saya dengan kantor jaraknya tak lebih dari 100 meter. Tapi yang namanya tinggal di Ibukota pasti tidak akan lepas dengan persoalan satu ini. Kalau sudah terbentur dengan kondisi ini semestinya kita sudah bisa mengantisipasi semisal pergi lebih awal atau memanfaatkan angkutan yang bisa meminimalisir macet seperti naek busway, kereta api, dan…ojek tentunya.

Oya, ngomong-ngomong soal tukang ojek dan meninggalnya Pak Harto memang seperti membincangkan langit dan bumi. Jauh sekali. Meninggalnya Pak harto tak ada urusannya dengan eksistensi tukang ojek. Tapi bagi tukang ojek di Karanganyar lain lagi. Meninggalnya Pak Harto tentu saja mengandung berkah tersendiri. Salah seorang tukang ojek bernama Sutikno mengaku selama dua jam bisa mengantongi uang jasa antar sekitar Rp 350 ribu. Rata-rata ia mengantar tamu-tamu resmi yang ikut mengantar Pak Harto ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Wah senangnya (maksudnya para tukang ojeknya!):-P

Di akhir catatan singkat ini, saya hanya bisa mengucapkan; ‘Selamat jalan Pak Harto’ dan ‘Selamat mengantarkan Pak Harto eh, selamat mengantarkan para pelayat dengan selamat untuk para abang-abang tukang ojek’ maksudnya...

Sabtu, 26 Januari 2008

Pakis Monyet alias Pakis Kera


Tanaman Hias Eksotik nan Sensitif

Tanaman hias satu ini sungguh unik. Bentuk dan bulunya mirip monyet alias kera. Makanya nama yang disandangnya pun beragam; Pakis Monyet, Pakis Sun Go Kong, Pakis Hanoman dan Pakis Emas. Tapi ada pula yang menyebutnya Ayam Emas. Hmm...?

Saya pertama kali melihat tanaman ini, waktu berkunjung ke rumah teman di Pagar Alam, Sumatera Selatan, pertengahan Oktober 2007 lalu. Dari kejauhan saya sudah mulai tertarik dengan bentuknya yang unik seperti monyet. Sungguh saya taklah menyangka itu adalah tanaman hias! Sejenis palm berjenggot.

Setelah itu rasa tertarik saya dengan sendirinya sirna seperginya saya dari kota berhawa sejuk, Pagar Alam. Namun sekarang, saya benar-benar tidak menyangka ternyata tanaman ini sudah mulai merambah Ibukota. Peminatnya pun lumayan banyak. Kebetulan, saya punya teman yang juga tinggal di Jakarta dan berasal dari Pagar Alam. Eh ternyata teman tadi juga sudah merambah bisnis ini. Ya sudah, akhirnya saya putuskan untuk membantunya mencari pasar. Itung-itung buat nambah-nambah jajan anak:-D

Mengamati respon terhadap tanaman ini, sebuah tabloid ibukota memprediksi pakis monyet bakal menggeser eksistensi bonsai di pelataran bisnis florikultura. Salah seorang pemilik nurseri Agung Flora Jakarta yang diwawancarai mengaku harga yang ditawarkan untuk pakis monyet mencapai Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu untuk yang berdiameter 17 cm. Sedangkan untuk ukuran diameter 24 cm dibandrol Rp 350 ribu hingga Rp 400 ribu. Pemilik nurseri ini mengaku, hampir tiap hari mampu menjual 4-6 pot pakis monyet.

Di ajang pameran, konon pakis monyet sempat mengguncang pasar loh. Ini mungkin karena bentuknya yang aneh dan jarang dijumpai di Indonesia. Hanya yang dikhawatirkan para penjual, importir tanaman dari Thailand ikut bermain untuk mematikan pasar tanaman nan unik ini. Oya, hampir sebagian besar pakis monyet yang sekarang beredar di Ibukota ternyata berasal dari Pagar Alam, Sumatera Selatan.

Asal usul pakis monyet

Di balik keunikannya, ternyata spesies ini juga mengandung nilai historis. Menurut beberapa sumber, tanaman pakis monyet ini berasal dari negeri Tiongkok. Sebelumnya, tanaman ini telah populer dengan nama Golden Chicken (ayam emas). Ada pula yang menyebutnya Pakis Emas, Pakis Sun Go Khong (itu loh tokoh kera dalam cerita klasik Cina) atau Pakis Hanoman, tokoh kera dalam kisah Ramayana.

Masih dari cerita yang beredar, di negeri rumpun bambu pakis monyet biasa terlihat dan ditanam di dalam permukiman atau tempat tinggal orang terpandang di zaman kerajaan atau pejabat-pejabat zaman dulu. Bahkan ia ditanam di sekitar luasnya area ruang balairung kerajaan di zaman Tiongkok kuno.

Karena mungkin sempat tenggelam ditelan zaman atau bisa jadi mulai langka peredarannya, tanaman ini dianggap antik. Dan di zaman modern ini, pakis monyet kembali muncul, sehingga tak heran bila kolektor berburu tanaman unik ini untuk diletakkan di dalam tempat tinggal mewah. Sebab, tanaman ini memang cocok ditaruh di dalam ruangan. Itu sesuai dengan proses perkembang-biakannya sebagai tanaman in-door.

Tanaman so sensitif

Tanaman ini ternyata seperti memiliki perasaan saja yah. Ia ternyata sangat sensitif seperti anak perempuan:-P. Sesuai anjuran, tanaman ini harus disediakan tempat yang teduh. Bila tidak, maka pertumbuhannya makin melambat. Terkena air pun juga dilarang, karena jika kadar airnya terlalu banyak, maka akan busuk. Pakis monyet sebaiknya diletakkan di tempat teduh.

Cara penyiramannya dengan merendamkan tanaman di atas media yang sudah diberi air. Itu dilakukan untuk menghindari daun pakis monyet agar tidak cepat rusak. Kalau panas berlebih pun, maka akan memperlambat tumbuhnya daun. Tanaman ini akan tampak lebih eksotik bila ketinggiannya telah mencapai lebih dari 50 cm. (Dikutip sebagian dari Tabloid Galeri)

jual pakis monyet jual pakis kera jual pakis hanoman jual pakis emas...

Kamis, 24 Januari 2008

Polemik di Balik Sakitnya Pak Harto


Seberapa Perlu Memaafkan Beliau?

Berita mengenai sakitnya mantan Presiden Soeharto akhir-akhir ini banyak menghiasi pemberitaan di media massa. Seiring dengan itu, polemik maaf-memaafkan dan soal status hukum bagi mantan penguasa Orde Baru itu juga ikut mengemuka.

Blogger, kalau kita perhatikan media massa akhir-akhir ini, selain isu mengenai politik, bencana alam, impor kondom bekas, aliran sesat, kelangkaan minyak tanah, kenaikan harga kedelai dan kebutuhan pokok lainnya blablabla, isu lain yang tak kalah hangat dibicarakan saat ini adalah soal sakitnya Pak Harto.

Sebegitu pentingnya pembahasan mengenai sakitnya Pak Harto, hingga membuat para ‘kuli tinta’ rela menunggui rumah sakit tempat beliau dirawat sekedar mengetahui perkembangan kesehatannya. Sampai-sampai media perlu juga melakukan investigasi ke pemakaman keluarga Pak Harto di Solo, hingga mewawancarai paranormal segala. Hmm sakitnya saja sudah sebegini heboh, bagamaina kalau--misalnya--beliau meninggal yah?

Di luar sakitnya Pak Harto, kita ketahui terjadi pro dan kontra di masyarakat atas kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat Pak Harto semasa ia menjadi presiden. Perlukah masyarakat memaafkan beliau? Perlukan proses hukum atas ‘Bapak Pembangunan’ dilanjutkan meski beliau dalam keadaan sakit?

Secara kemanusiaan, kita tentu sepakat untuk memafkan sajalah bapak kita ini. Terlepas dari banyaknya kesalahan, kita juga tidak bisa mengabaikan begitu saja jasa-jasa beliau bagi bangsa ini. Toh berbicara dosa tentunya urusan masing-masing dengan Tuhan. Tapi kalau soal hukum saya sepakat harus diselesaikan menurut mekanisme yang berlaku. Ini sebagai pembelajaran bahwa hukum di negara ini memang tidak pandang bulu mau dia rakyat jelata atau mantan presiden sekalipun.

Jujur, secara pribadi saya sungguh sangat prihatin dengan kondisi Pak Harto. Melihat paras rentanya yang sakit-sakitan, yang dikejar-kejar oleh sorotan kamera wartawan, seperti tak pernah terbayangkan akan seperti ini saat melihat beliau berkuasa dahulu. Selama berkuasa ia seperti tak tersentuh (untouchable), gagah perkasa seolah tak mengenal kata ‘lemah tak berdaya’. Sayangnya kini beliau benar-benar menjelma bak bayi yang tak berdaya.

Ini pelajaran bagi siapa pun, terlebih bagi seorang pemimpin. Bahwa kekuasaan tidak pernah abadi. Bahwa kepemimpinan merupakan amanah yang harus kita pertanggung jawabkan. Rasulullah Saw bersabda: ”Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinanmu.” (HR. Bukhari dan Muslim). Wallahuallam.

Senin, 21 Januari 2008

“Kapan Kawin?”


Tuhan Beri Kami Kesempatan

Menikah adalah salah satu syarat sempurnanya ibadah kita kepada Allah Swt. Menikah juga bisa memperlebar jalan kita ke surga, namun juga bisa sebaliknya; memperluas jurang kita menuju neraka jahanam. Subhanallah…

Seperti jingle sebuah iklan, “Kapan kawin?” Kira-kira seperti itulah pertanyaan bernada guyonan yang dilemparkan beberapa kerabat saat saya menghadiri pernikahan adik perempuan saya tanggal 19-20 Januari 2008 kemarin, di Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang. Sebuah pertanyaan yang tak sekedar basa-basi, namun menurutku mengandung sebuah perhatian yang mendalam serta doa yang tercurahkan lewat kata-kata. Amin.

Saat menyaksikan pernikahan adik saya, pun saat menghadiri pernikahan-pernikahan yang lainnya, saya sering melihat rona kebahagiaan yang terpancar dari wajah kedua mempelai. Melihat ini saya tiba-tiba ingat nukilan dari Sunan Ibnu Majah yang berkata: “Tidak terlihat di antara dua orang yang saling mencintai (sesuatu yang sangat menyenangkan) seperti pernikahan.” Subhanallah, dalam hati saya berbisik; saya ingin merasakan perasaan seperti itu. Secepatnya (kalau bisa):-P

Ah, saya tidak mau melukiskan yang sedih-sedih di sini. Maksud saya mengenai seringnya timbul perasaan ragu-ragu, was-was dan kebat-kebit bagi mereka (terutama kaum lelaki yang masih sendiri) ketika memandang pernikahan. Rasa cemas yang menghinggapi terutama yang berkenaan dengan kewajiban seorang suami memberikan nafkah kepada isteri dan anak-anaknya kelak. Saya tidak mau. Saya takut kalau saya sering berpikir seperti ini saya malah tidak jadi-jadi menikah hehe…

Padahal dalam Al-Quran jelas digambarkan mengenai kekhawatiran seperti ini, guys. “Dan menikahlah kamu. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Nur:32). So, kenapa harus takut? Maksudnya kenapa masih banyak yang ragu-ragu gitu loh? Tapi saya pikir ini cuma masalah waktu saja, siapa sih yang nggak mau menikah?:-D

Saya sendiri memaknai pernikahan ibarat dua sisi mata uang. Satu sisi menikah bisa memperlebar jalan kita ke surga Ilahi, namun di sisi lain bisa pula sebaliknya; memperluas jurang kita menuju neraka jahanam. Subhanallah…

Maksud saya begini. Produk pernikahan kan adalah anak. Bila anak-anak kita nantinya bisa kita bina menjadi generasi-generasi yang bermanfaat bagi agama, keluarga, bangsa dan negara, tentunya mereka bisa menjadi ladang amal tak terhingga bagi kita meski kita telah tiada. Namun sebaliknya, bila kita tidak bisa membina anak-anak kita dengan baik, tentunya akan menjadi kontributor bagi ‘rekening’ dosa kita sendiri. Hayo siapa yang mau? Itu yang saya maksud dua sisi mata uang.

Tuhan perkenankan hamba-Mu ini, di sisa-sisa usia yang teramat pendek ini, menikmati indahnya hidup berumah tangga dalam naungan cinta dan ridho-Mu. Kuatkan keyakinan di hati kami Tuhan, yang terkadang meragu padahal sungguh Tuhan, Engkau telah menjanjikan karunia yang tak terhingga bagi hamba-Mu yang beritikad baik, meski dalam kondisi seadanya yang jauh dari berkecukupan ini…”

zwani.com myspace graphic comments
Percaya deh, aku akan selalu sayang sama kamu...

Selasa, 15 Januari 2008

Ayat Ayat Cinta


“Hati Saya Gerimis Membacanya”

“Sungguh takjub aku baca buku itu. Mengharukan, romantis. Sungguh membuat hatiku luluh membacanya. Bayangin, baru sekali ini aku baca buku sampai bisa meneteskan air mata. Ayat Ayat Cinta judul buku itu, hatiku gerimis baca buku itu…” Yos Mahyudi, pembaca dan pengagum Ayat Ayat Cinta.

Saat diminta oleh seseorang untuk membelikannya sebuah novel berjudul Ayat Ayat Cinta, saya sudah mulai curiga. Tumben-tumbenan nih orang minta dibeliin novel? Biasanya kalau nggak CD berisi lagu-lagu kesukaan, ia minta dibeliin oleh-oleh makanan or sejenis barang lainnya. Hmm…saya jadi ingin tahu seperti apa sih isi novel tersebut.

Saya pun pergi ke TB Gramedia Matraman, di kawasan Jakarta Timur, untuk membeli buku yang dimaksud. Tapi sayang, kata penjaganya, buku tersebut telah habis. Tambah penasaran hati saya. Dan akhirnya, waduh, dengan sangat terpaksa karena telah berkeliling ke sana kemari mencari buku tersebut tidak ketemu, saya lalu memutuskan pergi ke toko buku loakan di Pasar Senen. Dapat sih, tapi saya kurang begitu tahu apakah buku yang saya dapat tersebut asli apa bajakan.

Sebelum saya memberikan buku tersebut kepada seseorang yang saya maksud, saya pun iseng membaca lembar demi lembar novel ini. Saya pada dasarnya memang gemar membaca, terutama jenis fiksi. Tapi akhir-akhir ini saya jarang tertarik untuk membaca kecuali benar-benar membuat saya penasaran. Dan rasa penasaran itu akhirnya benar-benar terjawab setelah usai saya membaca Ayat Ayat Cinta.

Novel setebal 403 halaman karya sastrawan muda Habiburrahman El Shirazy ini benar-benar bisa memberikan inspirasi bagi yang membacanya. Novel bersetting Mesir ini benar-benar bertenaga dan kuat dalam penokohan, kaya dan detil dalam penuturan, benar-benar tidak ada lembar yang sia-sia. Setiap kalimat memberi kita informasi dan inspirasi dalam kehidupan dan akidah kita. Pemahaman kita tentang Islam menjadi bertambah, ayat-ayat yang diselipkan benar-benar terkesan alami dan tidak dipaksakan. Dan yang tak kalah penting novel ini benar-benar sangat romantis dan humanis. Hati saya bergetar membacanya.

Usai membaca buku ini saya pun kembali membeli satu lagi Ayat Ayat Cinta untuk saya hadiahkan kepada adik saya yang saat ini sedang menempuh studi di IPB. Saya yakin dia senang membacanya. Oya, katanya ada pula versi layar lebarnya yah? Hmm…saya jadi penasaran ingin menontonnya juga…

Rabu, 09 Januari 2008


Mulan Jameela Mahluk Tuhan Paling Seksi


”Hayo Ciptakan Imej Baru Anda Sendiri”

Tahun baru imej baru. Termasuk yang terjadi di dunia musik tanah air. Adalah penyanyi yang selama ini dikenal dengan nama Mulan Kwok. Tahun ini ia menjelma dengan nama dan imej baru: Mulan Jameela si “Mahluk Tuhan Paling Seksi.” Hmm…bagaimana dengan anda?

Pertarungan di dunia musik memang sangat ketat, guys... Kalau tak pandai-pandai mengemas sebuah karya dengan strategi pemasaran yang jitu, sebuah brand akan sulit terangkat secara politis eh, secara drastis maksudnya. Inilah yang dipahami benar oleh Ahmad Dhani, Presiden Republik Cinta (manajemen yang menaungi Mulan di album terbarunya).

Kemunculan Mulan dengan ‘casing’ barunya itu tak lepas dari tangan dingin seorang Dhani. Kata ‘Jameela’ yang berarti baik, menurut Dhani lebih bagus ketimbang mempertahankan kata ‘Kwok’ yang tidak memiliki arti. So apa arti sebuah nama, kata William Shakespeare, di dunia musik nama ternyata merupakan salah satu strategi pemasaran yang cukup ampuh.

Nah, kalau anda merasa selama ini sulit mendapatkan pasangan alias jomblo melulu, atau mungkin nama anda terlalu ‘njelimet’, ‘ndeso’ dan tidak punya nilai jual sehingga anda sulit mengembangkan diri ;-P, mungkin anda perlu berpikir untuk mengubah nama belakang anda. Bagi yang cowok mungkin bisa mengubah nama belakang anda menjadi Stokhist, Semangai, Gundav, Bendits, Jelatank, atau Ridats. Untuk yang cewek mungkin bisa mempertimbangkan nama-nama seperti Centili, Ndesis, Rumphis, Cemekek, or Similikiti. Hehe ngaco yah…

Kalo nama belakang anda sudah dirubah, sekarang tinggal menciptakan sebuah julukan yang pas untuk menggambarkan diri anda. Kalo si Mulan Jameela sudah pakai “Si Mahluk Tuhan Paling Seksi”, anda mungkin bisa memakai “Si Mahluk Tuhan Paling Nyebelin” or “Si Mahluk Tuhan Paling Norak” or “Si Mahluk Tuhan Paling Nggak Tahu Malu.” Hehe makin ngaco nih…

Tapi yang ini serius loh, bagi yang cowok anda mungkin tidak sepakat bila Mulan Jameela disebut sebagai satu-satunya “Mahluk Tuhan Paling Seksi” di jagad raya (apalagi yang cewek nih, pasti pada sirik:-D). Mungkin anda punya kandidat lain selain si Mulan, why not. Asal jangan, hehe maaf nih, si Mpok Nori yang anda bela-belain sebagai “Mahluk Tuhan Paling Seksi”. Nah, kalau sudah seperti itu maka siap-siaplah memerikasakan mata anda sendiri:-P,,,

Selasa, 08 Januari 2008

Semakin Banyak Saya Tahu ...


Semakin Banyak Saya Tidak Tahu

Sangat naif bila ada yang berkata: “Saya paling tahu.” Lebih tahu sedikit mungkin iya. Akhir-akhir ini saya kembali dibuat sadar betapa benar sebuah ungkapan yang berbunyi: Semakin banyak saya tahu, semakin banyak saya tidak tahu.

Blogger, saat berhasil membuat blog sendiri dan telah sedikit mahir memasukkan artikel plus gambar-gambarnya, jujur ada sedikit perasaan jumawa dalam diri saya. Dalam hati saya berkata: Sekarang saya adalah anak gaul yang telah berhasil berinteraksi di dunia maya dengan banyak orang dan tanpa batas tempat. Terpenting, sekarang, saya sudah lepas dari sebutan yang terkadang membuat saya minder sendiri: gaptek abizz! :-P

Selain perasaan jumawa tadi, saya sadar banyak sisi positif yang bisa saya ambil dari aktifitas baru saya sebagai seorang blogger. Yang paling terasa adalah meningkatnya semangat dan intensitas saya dalam menulis.

Pula, menjadi seorang blogger membuat saya terpacu membuka mata dan telinga lebih lebar. Ibaratnya begini, saya memiliki sebuah perusahaan yang baru saja me-launching produk terbarunya. Sebagai pemilik dan pengelola, untuk tetap survive dan dihargai khalayak, saya harus berpikir bagaimana memberikan yang terbaik bagi diri sendiri dan konsumen saya. Pendeknya, bagi saya, selain sebagai media komunikasi dan aktualisasi, menjadi seorang blogger merupakan ajang pertaruhan kredibilitas dan pencitraan diri (kata lain dari tebar pesona hehe). Dasar!

Di luar itu, entah saya tidak tahu apakah ini sikap yang wajar atau tidak. Dari yang sudah saya tahu itu, lagi-lagi sering muncul perasaan jumawa, perasaan hebat sendiri dalam diri. Betapa antusiasnya saya mana kala bercerita tentang dunia blogger kepada teman-teman saya seolah-olah saya paling tahu. Betapa antusiasnya saya mengenalkan hasil karya saya kepada orang lain. Sampai-sampai di kartu nama saya yang telah jadi jauh sebelum saya mengenal blog, yang jumlahnya ratusan itu, rela saya bercapek-capek ria menempeli alamat weblog saya satu-satu. Hmm kebayang kan? Teman satu kantor saya pun geleng-geleng kepala melihat kelakuan saya. Dan sudah bisa ditebak kemudian ia berkomentar: “Cape deh…” :-(

Saya tidak terlalu peduli dengan komentar tersebut, tapi saya sering berpikir betapa gilanya saya akhir-akhir ini. Bayangkan men, saking antusiasnya saya pada dunia maya, hampir tiap hari saya selalu datang ke kantor lebih pagi dari yang lainnya, dan pulang lebih terakhir (hanya untuk mencuri-curi waktu berinternet ria di sela-sela melaksanakan tugas kantor!). Bahkan di hari libur pun, saya habiskan waktu saya di depan komputer! Gila yah?

Nge-blog! Yah, inilah magnet yang membuat saya akhir-akhir ini begitu intens berhadapan dengan mesin yang terkoneksi dengan dunia tanpa batas. Beberapa waktu berjalan saya sangat puas dengan kreasi saya yang saya pikir sudah sangat perpect sekali. Namun setelah saya baca-baca lagi buku tentang blog dan saya lihat blog-blog karya orang lain, ya ampun ternyata masih banyak yang saya belum ketahui.

Blogger, ini memang dunia yang baru bagi saya. Baru kemarin-kemarin saya tahu apa itu posting, apa itu shoutbox, apa itu kode-kode HTML, template, navbar, sidebar, link… Sebanyak itu yang saya tahu, saya pikir saya telah banyak tahu. Tapi nyatanya kemudian saya masih meraba-raba apakah gerangan commenting system, gravatar, link manager, favicon, pagerank, site feed

Duhai, masih pantaskan saya berjumawa diri dengan apa yang saya capai, sementara saya baru menyadari sebanyak itu pula (mungkin malah lebih banyak lagi) yang belum saya ketahui. Oya, ini juga berlaku untuk hal-hal lainnya dalam kehidupan kita. Pesannya adalah; Jangan cepat puas dengan apa yang kita ketahui seolah-olah separuh dunia telah berada dalam kepala kita.

Salam blogger!

ZWANI.com - The place for myspace comments, glitters, graphics, backgrounds and codes
Semakin berat bebanku, semakin penuh tantangan hidupku. Aloha!

Senin, 07 Januari 2008

Sriwijaya FC Tumbangkan PSMS


Dukung Terus Laskar "Wong Kito"

Akhirnya tim kebanggan "Wong Kito" Sriwijaya FC melaju ke babak semifinal Turnamen Copa Dji Samsoe. Pada pertandingan laga kedua perempat final di Stadion Gelora Sriwijaya, Jaka Baring, Palembang, yang digelar tadi malam, PSMS takluk dari tim tuan rumah dengan skor 0-4.

Bagi warga Sumsel tentunya kemenangan ini sangat menggembirakan. Tim tangguh sekelas PSMS yang memiliki julukan "Ayam Kinantan" bisa ditumbangkan dengan skor telak 0-4 atau agregat gol 2-4. Kemenangan ini sekaligus membuktikan siapa sebenarnya macan yang paling ditakuti di wilayah Sumatera. Ini komentar pegamat di televisi.

Laga 2 x 45 menit yang disiarkan langsung oleh Lativi ini memang sangat menarik. Kedua tim saling menunjukkan suguhan permainan terbaiknya. Namun Laskar "Wong Kito" ternyata lebih dominan dari sisi strategi dan penguasaan bola. Gol pertama Sriwijaya FC dicetak melalui sundulan Renato Elia. Kemudian pada menit ke 55 keunggulan bertambah melalui gol Keith Kayamba. Berturut-turut gol ketiga dan keempat dicetak oleh Keith Kayamba dan Christian Lenglolo.

Ada beberapa hal yang patut dicatat dari kemenangan ini. Pertama, menghadapi tim setangguh PSMS, tim "Wong Kito" benar-benar menunjukkan keperkasaannya. Kita berharap, mudah-mudahan prestasi ini bukan hanya karena kebetulan anak-anak Sriwijaya FC bertanding di kandang sendiri. Kedua, tim asuhan Rahmat Darmawan ini juga konsisten menunjukkan sportifitasnya, meski di menit-menit akhir tim PSMS sempat menunjukkan gelagat yang "kurang baik" akibat, mungkin, sudah terlalu frustasi menghadapi keganasan Laskar "Wong Kito".

Di luar kemenangan, kebanggan "Wong Kito" tentu saja berkenaan dengan tempat pertandingan yakni Stadion Gelora Sriwijaya, Jaka Baring itu sendiri. Seperti diketahui, Stadion Gelora Sriwijaya yang berkapasitas 40.000 penonton itu merupakan stadion kebanggaan masyarakat Sumsel. Stadion ini juga merupakan stadion terbesar kedua di Indonesia setelah Stadion Gelora Bung Karno. Stadion ini juga diakui sebagai salah satu stadion terbarik bertaraf internasional.

Sebagai warga Sumsel, tentunya kita bangga memiliki stadion semegah itu. Dan yang tak kalah penting kita juga memiliki tim tangguh yang patut dibanggakan.

Pada babak semifinal nanti, Sriwijaya FC telah ditunggu Pelita Jaya Purwakarta. Adu gengsi ini rencananya akan digelar di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis mendatang. Laga semifinal lainnya Persipura Jayapura versus Persija Jakarta. So, kita doakan semoga Laskar "Wong Kito" kembali bisa memetik kemenangan.

Jumat, 04 Januari 2008

Angin Segar untuk Infotainmen


"Infotainmen Sejajar dengan Karya Jurnalistik Lain"

Berita infotainmen yang selama ini dianggap jurnalistik remeh-temeh, ternyata punya kekuatan sendiri dan sejajar dengan pemberitaan lainnya seperti politik, ekonomi, dan sosial. Bahkan, banyak kasus publik yang sering kali tidak bisa dilakukan oleh media pemberitaan lain, berita infotainmen mampu mengupas tuntas.

Media Indonesia, Jumat 4 Januari 2008

Pagi ini saya membaca sebuah berita di Harian Media Indonesia yang membuat saya sedikit terhibur. Sebuah berita tentang infotainmen. Maklum, sebagai orang yang pernah bekerja di dunia infotainmen kurang lebih 1,5 tahun (di tayangan Kroscek, Lens dan situs berita Kroscek), saat membaca berita tersebut ingatan saya tiba-tiba kembali pada masa-masa saat masih bergelut di dunia yang satu itu.

Adalah Agus Maladi Irianto, mahasiswa S3 FISIP UI Depok yang mengangkat disertasi berjudul: Kontestasi Kekuasaan Sajian Acara Televisi: Studi Tentang Program Tayangan Infotainment. Agus mempertahankan disertasinya dan mendapatkan nilai cum laude untuk penelitiannya itu.

Menurut Agus, infotainmen bukan sekedar berita remeh-temeh. Sebab, dari liputan-liputannya sering kali mampu membongkar persoalan publik, yang boleh jadi tidak mampu dilakukan oleh liputan di bidang lain.

Agus mencontohkan kasus pengakuan pengacara muda Farhat Abbas yang tidak pernah menikah dengan perempuan lain kecuali Nia Daniaty. Kasus itu akhirnya terbongkar dan muncul perempuan lain yang pernah menjadi isteri Farhat. Kasus menghebohkan dari keluarga Cendana, terkait dengan pernikahan siri Mayangsari dan Bambang Trihatmodjo yang selama ini tertutup akhirnya juga terbongkar.

Agus meyakini sajian acara yang bertarung lebih dari 15 jam itu telah melibatkan sejumlah kepentingan. Selain kepentingan televisi, juga telah merembet ke kepentingan negara menyangkut regulasi, rumah produksi, biro iklan, lembaga survei penonton, partai politik, dan organisasi kemasyarakatan yang merespons tayangan itu.

Sebagai sajian televisi, kata Agus yang dulunya wartawan Jakarta-Jakarta dan harian sore Wawasan Semarang itu, berita infotainmen mampu memporoduksi representasi realitas sosial dengan melibatkan interaksi dan negosiasi dengan sejumlah pelaku.

Begitulah kata Pak Agus Maladi Irianto.

Kamis, 03 Januari 2008

Banjir Oh Banjir


Politisi Jangan Cuma Berjanji!

Seperti biasa, Jakarta kembali “berlangganan” banjir. Hujan sedikit saja sebagian besar jalanan dan rumah penduduk sudah digenangi air. Sungguh ironis, Jakarta yang di waktu musim kemarau termasuk daerah rawan sumber air, di musim hujan malah dihadiahi air yang melimpah ruah.

Pagi kemarin, Rabu 2 Januari 2008, saya tiba di Jakarta dari Kota Bengkulu dengan menumpang bis Putra Rafflesia. Memasuki Kota Jakarta, dari mulai wilayah tol Kebun Jeruk, hujan berfrekuensi sedang sudah menyambut bis yang kami tumpangi.

Dari berita yang saya lihat di televisi, ternyata hujan memang sudah mulai melanda ibukota sejak beberapa hari yang lalu. Dan benar saja, beberapa titik langganan banjir seperti sebagian wilayah Kampung Melayu, Jatinegara, Cawang dan Cililitan seperti tahun yang sudah-sudah harus rela didatangi tamu yang tak diundang.

Apa penyebab banjir? Ada banyak. Tapi tentu tidak bisa sepenuhnya menyalahkan masyarakat, misalnya, yang mempunyai kebiasaan membuang sampai sembarangan di got dan sungai-sungai. Dalam hal ini, menurut saya, semua pihak harus bertanggung jawab menjaga lingkungan tetap bersih.

Namun sudah sewajarnya pula bila pihak yang paling disorot dari masalah banjir yang seperti tidak pernah selesai ini adalah pemerintah. Ada banyak hal mengapa banyak yang menuntut pertanggung jawaban pemerintah terhadap persoalan ini.

Pertama, soal penegakan hukum aparat pemerintah (kepolisian, departemen terkait dan lembaga peradilan) terhadap pelaku penebangan hutan (illegal logging) yang seperti menegakkan benang basah. Kedua, pemerintah tidak punya konsep yang jelas bagaimana menciptakan dan membangun infrastruktur kota yang bebas banjir. Sejauh ini pemerintah beralasan terkendala persoalan dana.

Apapun, sudah sewajarnya bila pemerintah membuka mata terhadap persoalan ini. Apalagi Gubernur yang sekarang, Bapak Fauzi Bowo, seingat saya pada waktu kampanye dahulu pernah berjanji bisa mengatasi banjir apabila ia terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 2007-2012. Waktu itu jargon yang diusung Fauzi Bowo bunyinya begini: “Persoalan Banjir, Serahkan pada Ahlinya!” Jadi wajar kalau sekarang masyarakat bertanya, kemanakah gerangan ahlinya?

Tentu terlalu cepat untuk menagih janji itu mengingat untuk mengatasi persoalan banjir bukanlah perkara mudah. Namun, setidaknya ini menjadi ukuran ternyata mengatasi banjir tak bisa selesai hanya dengan bicara. Mari sama-sama kita berbuat tanpa harus menunggu janji pemerintah.

Rabu, 02 Januari 2008

Tahun Baru Harus Ada Perubahan yang Lebih Baik


Kuingin Ada Perubahan Penghasilan yang Lebih Baik, Setuju!

Detik-detik pergantian tahun baru telah kita lewati. Betulkah kita menginginkan ada perubahan (resolusi) yang signifikan di tahun baru ini? Tapi bagaimana mungkin bisa ada perubahan yang lebih baik bila kita tidak segera berbenah, merencanakan, bekerja keras merealisasikan keinginan tersebut?

Blogger, apa sih sebenarnya cita-cita kita “singgah” di dunia ini? Ingin mencari ketenaran? Mungkin. Ingin disegani? Hmm… Ingin kaya? Bisa jadi. Ingin membuat orang-orang di sekitar kita bahagia? Wow, sungguh mulia. Atau ingin masuk surga saat kita sudah tidak di dunia ini? Hehe…maunya!

Oya, saat masih kuliah di Bengkulu (sekitar tahun 2000), saya punya tetangga yang kata-katanya cukup berkesan di kepala saya. Tetangga saya ini, biasa, teman ngolor-ngidul saya. Waktu itu ia bertanya kepada saya apa tujuan kita hidup di dunia ini? Saya menjawab sekenaknya: Hidup kaya raya mati masuk surga! Dasar! :-)

Ada betulnya juga, kata tetangga tadi menanggapi jawaban saya. Tapi lengkapnya begini (tetangga saya pun bercerita), pertama tujuan kita hidup di dunia ini adalah ingin punya pendidikan, kalau bisa setinggi-tingginya. Kalau sudah punya pendidikan kita ingin punya pekerjaan (penghasilan). Lalu kalau sudah punya pekerjaan keinginan berlanjut ingin punya keluarga (menikah dan punya anak). Kalau yang ini juga sudah terpenuhi keinginan berlanjut ingin punya rumah sendiri. Terakhir kalau semua keinginan itu telah terpenuhi, kelak kalau kita mati, kita ingin masuk surga!

Kalau dipikir-pikir sih betul juga apa yang dikatakan tetangga saya itu. Istilahnya itu tujuan mendasar (prinsipil) hampir setiap orang di muka bumi ini (kalau bisa): punya pendidikan, punya pekerjaan tetap, punya keluarga, punya rumah sendiri dan, kalau mati, ingin masuk surga.

Di luar tujuan tadi? Itu hak setiap orang untuk meraihnya. Menyangkut apa yang dikatakan tetangga saya itu, mungkin saat ini ada yang masih menjalani tujuan tadi dari awal, ada pula yang sudah separuh bisa menempuhnya, bahkan ada yang hampir di ujung tujuan tadi alias yang sudah serba punya dan tinggal menuju tujuan akhir yaitu mati masuk surga hehehe…

Blogger, apa pun persepsi kita tentang tujuan hidup di dunia ini, tetaplah berbuat yang terbaik, berbuat yang benar, tidak melanggar aturan dan merugikan pihak lain. Tetaplah bersemangat dan yakin bahwa apa yang kita cita-citakan akan bisa kita raih dengan kerja keras dan doa yang sungguh-sungguh. Keep the fight!

Salam manis… :-D