Rabu, 21 November 2007

Rahasia Sukses Itu ...


Ketidakwarasan adalah melakukan hal yang sama serta terus menerus dan mengharapkan hasil yang berbeda - Albert Einstein

Suatu hari seorang teman--sebut saja namanya Suhendro--sedang menyaksikan kegigihan para kuli batu bekerja di sebuah proyek perumahan. Tak begitu jauh dari para kuli batu yang sedang bekerja menurunkan batu sebesar kepalan tangan dari mobil angkut, terlihat seorang lelaki berusia hampir setengah abad berkulit agak pucat dan bermata sipit. Ia terlihat sedang memandori para pekerja.

Sebut saja namanya Abah Ahong. Di daerah teman tadi, Abah Ahong dikenal sebagai warga keturunan Tionghoa yang sukses berwiraswasta. Abah Ahong adalah pengusaha material bahan bangunan yang kini mulai merambah bisnis perumahan, bahasa kerennya developer. Namun tak berbeda jauh dengan pengusaha lainnya, jauh sebelum seperti sekarang ini, Abah Ahong juga harus melewati proses yang tidak mudah untuk bisa sukses berwiraswasta.

Teman tadi, si Suhendro, yang dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang besar mengenai berbagai hal, menghampiri Abah Ahong yang hanya memakai kaos singlet lusuh serta celana pendek selutut. Setelah cukup lama berbasa-basi, pembicaraan Suhendro berlanjut pada rahasia kesuksesan Abah Ahong. “Abah, kira-kira apa rahasia agar kita bisa sukses seperti Abah Ahong ini yah?” tanya Suhendro.

Abah Ahong mengerling sekejap kepada Suhendro, lalu pandangannya diarahkan pada para kuli batu yang sedang bekerja. “Lakukanlah pekerjaan itu secara total, dalami sampai hal-hal yang terkecil sekalipun. Contohnya jadi tukang batu, bisa jadi sukses kalau kita paham banyak hal tentang batu. Jangan punya perasaan malu akan pekerjaan yang kita lakukan. Yang penting halal dan tidak mencuri hak orang lain!”

Ini perkataan dari orang keturunan Cina yang sukses. Kita tahu warga keturunan Cina yang berdomisili di tanah air, hampir sebagian besar sukses berwiraswasta. Malah, katanya, salah satu pilar perekonomian negeri ini sebagaian besar berada di tangan mereka itu.

Mendengar penjelasan Abah Ahong, Suhendro hanya bisa menganggukan kepala. Entah paham entah tidak. Tak pahamlah aku.