Selasa, 17 Maret 2009

Black Community


Bukan Komunitas Perdukunan

Saat pertama mendengar kata-kata Black Community alias komunitas hitam, bayangan anda mungkin sama seperti pada waktu saya pertama kali mendengar kata-kata ini.


Dalam bahasa universal, warna mengandung makna sesuatu. Pink misalnya, sangat identik dengan kaum hawa yang feminim. Biru identik dengan perdamaian dan pengayoman, merah keberanian, hijau warna keagamaan umat Islam, abu-abu digambarkan untuk mereka yang tidak memiliki kejelasan sikap (biasanya dalam politik), putih diartikan bersih dan suci. Lalu bagaimana dengan warna hitam? Itulah masalahnya, banyak yang mendefenisikan warna ini kebalikan dari defenisi warna putih.

Jadi tak terlalu berlebihan bila banyak yang ketika pertama kali mendengar kata-kata Black Community, akan membayangkan sebuah komunitas negatif seperti perkumpulan para begundal-begundal jalanan atawa perkumpulan mereka yang termotivasi pada dunia mistik perdukunan (sering disebut dunia hitam). Kalau masih belum percaya cobalah ketik black community di search engine maka anda akan memperoleh feedback yang berupa-rupa informasi, termasuk yang bernada agak sumbang alias negatif.

Namun, tentu berbeda dengan Black Community yang mengusung brand Djarum Black dalam setiap kegiatannya. Jangan harap anda akan menemukan hal-hal negatif pada komunitas para kreator ini. Sebaliknya, anda justru akan menemukan segudang kegiatan anak-anak muda yang memiliki citarasa tinggi dalam berinovasi. Jadi, kata-kata black sebenarnya bukan untuk diasosiasikan secara makna tradisional, tetapi lebih kepada pencitraan produk Djarum Black yang seluruh kemasannya nyaris diselubungi warna gelap. Begitu boi…

Saya sendiri, dan teman-teman sekalian yang juga sebagai peserta Djarum Black Blog Competition yang disponsori Djarum Black, mungkin juga bisa digolongkan ke dalam Black Community. Jadi, untuk disebut Black Community tidak mesti harus memiliki mobil atawa motor berwarna hitam, toh? (Mungkin).

Tidak ada komentar: