Sabtu, 27 Oktober 2007

Bengkulu, Kota Seribu Gempa


Seribu Gempa Seribu Kenangan

Blogger, sebelum kembali ke Jakarta Kamis 25 Oktober 2007, selama dua hari aku berada di Kota Bengkulu. Selama berada di sana, tak lupa kusempatkan berziarah ke rumah sanak saudara. Namun aku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah paman di daerah Panorama dan di rumah ayuk (kakak perempuan) di BTN Padang Harapan.

Kota Bengkulu memiliki banyak kenangan di benakku. Maklum hampir tiga tahun aku berada di sana menyelesaikan kuliah Diploma III Jurnalistik di Universitas Bengkulu. Selebihnya, pengalaman merasakan gempalah yang sangat berkesan di hatiku. Terlebih baru-baru ini, tanggal 12 September 2007, kota ini kembali diguncang gempa 7,9 skala richter yang meluluhlantakkan banyak fasilitas umum dan rumah penduduk.

Pada waktu gempa pertama mengguncang Bengkulu, 4 Juni 2000 aku sempat merasakan gempa berkekuatan 7,4 skala richter. Bayangkan, selama kurang lebih 5 menit lamanya, bumi berguncang bagaikan berada di tengah lautan yang dilanda ombak dahsyat. Entah, mungkin seperti itulah hari kiamat! Syukur nyawa yang cuma satu ini, juga saudara-saudara, masih diberi keselamatan. Pun bangunan-bangunan rumah yang kami tempati tidak mengalami kerusakan berarti.

Sejak itu, hingga kejadian gempa 7,9 skala richter yang baru-baru ini terjadi, gempa seakan telah akrab dengan warga Bengkulu. Susul menyusul, gempa berkekuatan kecil, menengah dan besar silih berganti datang bagai hantu yang menakutkan. Semua itu menyadarkan betapa tiada kekuatan paling dahsyat selain kekuatan dan kekuasaan Yang Maha Kuasa, Allah SWT.

Blogger, subuh tanggal 25 Oktober 2007 atau hari dimana aku kembali ke Jakarta (saat menginap di rumah ayuk di BTN Padang Harapan), aku juga sempat merasakan kedahsyiatan gempa yang mengguncang Kota Bengkulu. Kali ini, menurut catatan resmi, kekuatannya tak kalah dahsyat, 7,0 skala richter. Lagi-lagi, syukur kepada Allah, kami masih diberi keselamatan dan bangunan rumah sanak saudara tidak mengalami kerusakan berarti.

Dari Kota Bengkulu, siangnya sekitar pukul 13.00 WIB aku terbang dengan menumpang pesawat Sriwijaya Air menuju Jakarta. Dari ketinggian, terbentang pemandangan yang mempesona. Tidak tampak kalau di bawah sana banyak bangunan yang rusak akibat gempa. Dan tak sedikit warga yang selalu dicekam ketakutan kapan gempa akan kembali mengguncang. Duh, Bengkulu…

Tidak ada komentar: