Kamis, 20 September 2007

Sang Mpu Pergi Meninggalkan Kami


Hari-hari Terasa Semakin Menantang
Catatan perjalanan Teknologi Delta Qualstone di Leuwiliang-Bogor **2


Jujur, kegalauan akan ketidakpastian masa depan sering menyelinap dalam benak kami. Namun saat melihat peluang yang datang, terkadang semangat itu kembali menyala-nyala. Inilah yang kami rasakan. Di saat “Sang Mpu” meninggalkan kami pulang ke Sumatera, justru prospek mendekati kami. Mr. Yuki yang berasal dari Jepang dan Ir. Ariyanto, seorang konsultan dan praktisi arsitektur yang berdomisili di Kota Bogor, di antaranya. Catatan ini kurangkum dari tanggal 14 Februari-14 Maret 2007 --(sebelum membaca tulisan ini disarankan untuk membaca “Kampung itu Bernama Kampung Kosol” terlebih dahulu-bagian dua dari tiga tulisan).

* * * *
Hari ini tepat dua bulan aku berada di tanah Banten, tepatnya di Leuwiliang, sebelah selatan Kota Bogor. Atau sekitar 46 km dari kota tempat salah satu istana kepresidenan terletak, yakni Istana Bogor. Banyak hal yang kami dapat selama kurun waktu yang lebih dari cukup untuk membuat seekor anak singa berlari dengan kecepatan 40 km/jam. Ibarat tempaan besi Sang Mpu, memang belum terlalu sempurna untuk dapat digunakan. Tapi mudah-mudahan seiring berjalannya waktu, serta cobaan dan pelajaran yang kami dapat, makin hari kami makin lebih baik. Mudah-mudahan. Mungkin seperti harapan Sang Mpu.

Salah satu hikmah terbesar yang kami dapat di Leuwiliang adalah kesabaran. Kesabaran menghadapi kondisi dan keadaan yang serba memprihatinkan. Kesabaran menghadapi segala benturan permasalahan dan persoalan yang datang bagai tak berujung. Hanya kebersamaan dan keyakinan yang membuat kami bertahan. Terus memompa semangat juang serta tidak lupa menengadahkan tangan meminta kepada-Nya. Yah, hanya kepada-Nya lah tempat yang paling tepat untuk berkeluh kesah dan meminta pertolongan. Bukankah Allah SWT telah menjanjikan bahwa dibalik setiap kesulitan terdapat kemudahan? Dia bukankah tidak akan pernah merubah nasib suatu kaum hingga kaum itu sendiri yang merubahnya. Wahai, itulah inti dari keyakinan kami di sini.

Daya tempa yang kami dapat begitu terasa setelah “Sang Mpu” meninggalkan kami semua menuju Pulau Sumatera untuk maksud yang, tentu saja hanya beliau sendiri yang tahu (telah dua bulan lamanya kami ditinggal pergi). Sejak itulah kami seolah kehilangan figur “ayah” di tengah-tengah kami. Kami bertahan seadanya, berjuang sekuat tenaga membangun mimpi-mimpi indah menjadi kenyataan tanpa beliau di sisi kami. Mungkin keadaan seperti ini memang dikondisikan, mungkin juga tidak. Mungkin keadaan ini merupakan bagian dari skenario tempaan “Sang Mpu”? Bahwa beliau menginginkan kami kuat dalam kondisi apapun. Beliau inginkan kami menjadi manusia-manusia “tahan banting” agar bisa mengemban amanah yang tidak kecil ini? Begitulah sikap positif kami menghadapi kenyataan yang agak rumit ini. Sikap positif mampu memompa semangat yang layu menjadi kencang dan berenergi. Sikap positilah yang bisa mengajarkan kita berpikir dan bertindak bijak sehingga langkah-langkah yang ditempuh melupakan yang terbaik. Insya Allah kita bisa melewati keadaan seburuk apapun dengan pikiran yang jernih dan hati yang tenang. Yup, meski semua itu terkadang dimulai dari kondisi-kondisi yang terkadang pahit dan memilukan. Itulah, lagi-lagi ujiannya.

Sehari-hari kami tetap menjalani aktifitas dengan semangat yang terus kami pelihara. Melaksanakan tanggung jawab piket di dapur, meski untuk urusan yang satu ini kami sudah dibantu oleh Alex, si cowok kemayu yang telah kami anggap seperti saudara kami sendiri. Serta tak lupa melaksanakan tugas piket mushola, begaul dengan penduduk sekitar, begadang sembari bernyanyi dengan gitar pinjaman, atau sekedar nongkrong, ngobrol ngolor-ngidul di pingggir jalan depan rumah sembari menunggu datangnya azan magrib. Oya, di Kampung Kosol kami beroleh banyak kenalan baru yang sudah kami anggap seperti saudara sendiri. Ada beberapa yang telah begitu akrab dengan kami diantaranya si Salam. Orangnya sebetulnya baik, meski agak urakan dan terkadang suka seenaknya. Dia punya sepeda motor yang sering kami pinjam pakai untuk sekedar jalan-jalan ketemu kenalan atau lihat dangdutan di desa tetangga.

Di markas Leuwiliang personil-personilnya juga tidak menentu. Efroni misalnya, terpaksa harus pulang kampung ke Pagar Alam untuk urusan mengikat janji setia dengan seorang gadis asal Surabaya. Begitupun Andi yang sudah hampir satu bulan ini mudik ke Pagar Alam. Namun yang sampai saat ini masih ‘lekap’ ada beberapa orang yaitu Wilman, Joko, Julis, Pian, Santo, Manto, Erik, Topan, Kak Agus dan aku sendiri. Ditambah pasukan ‘kelam-timbul’ seperti Madjid, Pinsi, Makmun, Bakti dan yang lainnya. Atas kesepakatan bersama, kami juga telah membentuk semacam badan usaha kepengurusan “Basma Furniture” yang dimanajeri Wilman, meski pengelolaannya belum terlalu optimal. Basma Furniture merupakan semacam embrio usaha berbasiskan Teknologi Delta Qualstone di bidang furniture beton. Yah, mungkin ide furniture beton dengan sentuhan artistik berbasiskan sebuah temuan teknologi merupakan yang pertama di dunia yang kami kembangkan. Meski baru sebatas ide yang belum sepenuhnya terealisasi, toh kami menganggapnya sebuah terobosan yang cukup prospektif di masa yang akan datang.

Oya, perlu juga diketahui personil-personil yang telah berkeluarga di sini adalah Kak Agus, Joko dan Wilman, ditambah pasukan ‘kelam timbul’ seperti Makmun, Pinsi dan Madjid. Bagi kami yang belum berkeluarga, perasaan jauh dari keluarga tentu berbeda dari mereka yang telah punya anak dan isteri. Apalagi ada tanggung jawab yang ditinggalkan. Belum lagi perasaan ingin bertemu dan mencurahkan kasih sayang kepada orang-orang tercinta. Semua itu tidak bisa dipungkiri akan senantiasa menjadi bagian pikiran dan buncahan perasaan. Sungguh bukan suatu yang mudah untuk dijalani, mengingat kondisi seperti saat ini yang belum sepenuhnya bisa memberikan tanggung jawab secara materil. Alangkah beratnya menghadapi kenyataan seperti ini. Tidak mudah untuk senantiasa memelihara harapan-harapan mereka yang siang dan malam selalu dihinggapi perasaan rindu. Tidak mudah untuk meyakinkan mereka bahwa kondisi seperti saat ini tidak akan berjalan lama. Tidak mudah. Butuh kesabaran, keikhlasan dan saling pengertian yang dilandasi kepercayaan, pengertian, keyakinan dan cinta. Yah Ummi, bersabar dan ikhklaskan perjuangan ini. Tetap istiqomah dan berdoa untuk keberhasilan kita. Yakinlah Allah bersama orang-orang yang sabar. Amin.

Rumah tempat tinggal sekaligus berfungsi sebagai kantor sementara kami di Leuwiliang cukup sederhana dan lumayan nyaman buat kami. Yap, meski pada awal ditempati banyak yang harus dibenahi karena kondisi bangunannya yang cukup memprihatinkan. Rumah permanen yang mempunyai empat kamar itu tepat berada di pinggir sawah yang dari kejauhan akan terlihat pegunungan Pongkor, Bogor. Bila malam tiba kawasan dataran tinggi nun di sana akan dihiasai oleh kerlap-kerlip lampu rumah penduduk. Agak ke belakang rumah, sekitar 100 meter terdapat sebuah sungai yang benama Cinaniki yang lumayan besar dan berair jernih. Oya, di sungai ini terkadang kita akan menemui suatu pemandangan yang agak asing sekaligus mendebarkan bagi mata yang memandang loh…? Posisi rumah yang kami tempati ini juga agak menyendiri dari rumah-rumah penduduk sehingga kami bisa leluasa dan tak terlalu mikir-mikir kalau ingin bernyanyi sembari berteriak-teriak sekalipun.

Begitulah panorama alam di sini. Lumayan indah sebagai tempat bermukim. Namun sebagai tempat pengembangan dan percepatan cita-cita memang telalu jauh dari pusat kota. Apalagi saat persoalan-persoalan dengan Pak Gandhi mulai mengemuka, padahal prospek yang harus kami tangkap sangatlah banyak seperti dengan Bupati Kaur, Bengkulu Selatan, Pemkab Kutai, Mr. Yuki dari Jepang, atau dengan Pak Putu dari Bali. Kondisi ini tentu akan lebih terbuka bila kami berada di Kota Metropolitan, Jakarta yang merupakan gudangnya investor kelas kakap. Namun apa mau dikata, kondisi kami belum memungkinkan.

Meski begitu, telah banyak kemajuan yang kami dapat selama kami berada di Leuwiliang. Secara spiritual, maski sedikit, kami merasakan ruh keimanan kami yang kian bertambah. Pembacaan Surah Yasin, yang kandungan maknanya sangat luar biasa itu, hampir tak lupa kami kumandangkan setiap selesai melaksanakan sholat Magrib berjamaah. Bahkan, pernah pada malam tahun baru Islam 1427 Hijriah yang lalu, pembacaan Surah Yasin sampai tujuh kali berturut-turut kami lakukan. Itulah saat-saat yang paling syahdu yang pernah kami rasakan di Leuwiliang. Saat-saat dimana puncak kepasrahan kami sandarkan dengan sepenuh jiwa. Kami yakin setiap doa-doa yang kami panjatkan akan mendapat jawaban dari-Nya. Mungkin hari ini. Mungkin lusa. Mungkin nanti. Harus bersabar dan tetap berusaha.

Kemajuan lain yang kami rasakan berhubungan dengan pekerjaan yang kami lakukan. Seperti soal perhitungan pembiayaan proposal pabrik yang menurut kami kian matang. Penyusunan AD/ART “Keluarga Besar Basma” yang terus dibenahi. Juga rencana pendirian PT. Janur Basma Internasional sebagai badan hukum pengganti Koperasi Delta Qualstone. Gambar-gambar yang dibuat Topan pun makin banyak dan variatif. Bahkan pengembangan TDQ yang bisa membuat segala macam furniture beton yang unik seperti kursi, meja, tempat tidur dan sebagainya, dimulai dari otak-atik gambar di komputer. Belum lagi perkembangan di lapangan yang berhubungan dengan calon investor baru.

Pada umumnya respon mengenai TDQ sangat besar dan positif. Misalnya, hari Selasa, 7 Maret 2006, aku, Kak Agus dan Madjid berangkat ke Jakarta menemui staf ahli Pemkab Kutai di Hotel Radtop Jakarta. Walaupun dari Bogor ke Jakarta kami harus menumpang KRL kelas ekonomi (tarifnya Rp. 2500/orang) yang penuh sesak manusia, namun tak membuat kendur semangat kami. Semua pasti ada hikmah yang tanpa disadari bisa melatih kepekaan kita akan lingkungan sekitar dan kenyataan yang terkadang memprihatinkan. Terakhir pada hari Sabtu, 18 Maret 2006 kami kedatangan tamu Mr. Yuki dan beberapa koleganya dari Jepang. Mr. Yuki ini adalah kontraktor kakap yang akan membangun sebuah rumah sakit di Jakarta. Mr. Yuki adalah kolega dari Ir. Ariyanto, seorang konsultan di bidang pembangunan dan praktisi arsitektur yang berdomisili di Kota Bogor. Beliaulah yang membawa Mr. Yuki hingga menjejakkan kaki di markas para Bujang Belantan di Leuwiliang nan terpencil ini.

Oya, tentang Ir. Ariyanto ini ada sesuatu yang unik yang mungkin bisa menjadi penggambaran betapa Teknologi Delta Qualstone memiliki daya magnet yang luar biasa. Ir. Ariyanto ini merupakan kenalan dan pernah menjadi mitra bisnis Pak Kancil dalam bidang perkapalan. Sebelum mengenal TDQ, Ir. Ariyanto telah lebih kurang 10 tahun mempelajari dan mencoba mengembangkan sebuah teknologi di bidang produk bahan bangunan yang berasal dari Spanyol. Sudah tak terhitung biaya yang ia keluarkan untuk mengembangkan teknologi tersebut. Teknologi Spanyol ini menggunakan styrofoam untuk bekisting (mal) sebagai pasangan coran dinding yang pengerjaannya juga sangat cepat. Namun teknologi Spanyol ini mempunyai banyak kelemahan seperti tidak tahan api, tidak efektif karena dari sisi pemasangan harus menggunakan alat khusus dan orang yang memasangnya pun harus ahli. Serta dari sisi pemanfaatan bahan baku yang harus impor.

Jadi kami menduga mungkin hal inilah yang menjadi faktor penghambat mengapa teknologi Spanyol yang coba dikembangkan Ir. Ariyanto di Indonesia kurang mendapat respon positif. Nah, setelah melihat dan mengamati secara langsung keunggulan TDQ, Ir. Ariyanto akhirnya mau terlibat mengembangkan teknologi karya anak bangsa sendiri. Lelaki kelahiran Jawa yang juga putra menteri di era Soeharto itu akhirnya meninggalkan teknologi yang selama ini ditekuninya. Begitulah, hingga akhirnya Ir. Ariyanto sebagai orang yang berpengalaman di banyak proyek, me-review perhitungan pembiayaan proposal TDQ. Membuat perbandingan yang lebih konkrit antara TDQ dengan produk konvensional lainnya, hingga membawa koleganya yang dari Jepang berkunjung ke markas Bujang Belantan di Leuwiliang. Nah!

Ingin juga kutambahkan di sini tentang keterlibatan Pak Kancil yang merupakan motor dan sumber inspirasi baru bagi kami. Riwayat keterlibatan Pak Kancil yang berasal dari Madura ini dimulai dari Haji Sukai yang juga telah banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan TDQ dalam hal membuka link-link baru dengan para calon investor. Haji Sukai-lah yang memperkenalkan TDQ kepada Pak Kancil hingga bisa disebut sebagai bagian dari tim di Leuwiliang. Bahkan dari sisi penguasaan tentang TDQ kami semua cukup salut dengan beliau. Pada saat Mr. Yuki datang misalnya, Pak Kancil-lah yang lebih banyak ambil bagian dan berbicara layaknya seorang sales marketing kepada calon konsumen. Yah, karena memang Pak Kancil ini bisa dikatakan merupakan pemain lama dalam bidang soft-selling. Pekerjaan sehari-harinya ia adalah salah seorang pendiri perusahaan yang menjadi distributor mobil keluaran Merci di Indonesia, yakni PT. Indomobil. Riwayat bagaimana ia mendirikan perusahaannya itu, juga dipenuhi romantisme yang mirip dengan perjuangan yang dilakukan orang-orang Delta. Bagaimana merasakan berjuang dari nol, dari yang tidak ada menjadi ada, sampai untuk makan bersama pun harus ngutang sana-sini.

Itulah sedikit tentang Pak Kancil. Darah pengusaha memang mengalir deras dalam tubuhya. Selain Indomobil, bersama sang istri ia juga melakoni usaha perkebunan sayur-mayur anti-pestisida (makanan organik) yang khusus memasok keperluan orang-orang Jepang yang mukim di Jakarta dan sekitarnya. Ia juga seorang yang menggeluti olahraga mobil dan even yang berhubungan dengan dunia balap. Prestasinya di dunia balap juga sudah tak terhitung. Ia pernah menjadi juara off-road tingkat nasional. Di rumahnya di Kota Bogor saja terdapat semacam bengkel atau workshop yang terkadang diperuntukkan juga untuk mencari pemasukan tambahan buat keluarganya. “Karena setiap langkahku harus menjadi uang,” begitu kata Pak Kancil suatu ketika saat berbincang-bincang dengan kami.

Keseriusan Pak Kancil bergabung dalam tim memang sudah banyak teruji. Misalnya, beliau sampai mempercayakan perusahaannya menjadi penjamin pemesanan master Ana sebesar Rp. 77 juta di perusahaan moulding PT. Indo Murayama di Bekasi. Harga yang harus dibayar pun tidak murah bagi Pak Kancil. Itulah ujian baginya. Ketika muncul persoalan yang berhubungan dengan komitmen dan kepercayaan, Pak Kancil harus ‘pasang badan’ diantara PT. Indo Murayama dan perusahaannya sebagai penjamin atas pemesanan master Ana senilai Rp. 77 juta. Tekanan dari perusahaannya pun tak kecil bagi Pak Kancil, hingga harus disidang dan diberi sanksi berupa penyetopan gaji untuk beberapa bulan.

Meski harus menerima berbagai cobaan, toh tidak membuat Pak Kancil kehilangan energi untuk tetap melanjutkan perjuangan perwujudan cita-cita Teknologi Delta Quasltone secara bersama-sama. Setiap ada kesempatan pastilah Pak Kancil dengan sedan tuanya, lebih sering bersama Haji Sukai, menyempatkan bertandang ke markas Leuwiliang. Bercerita mengenai prospek, atau membahas persoalan kecil. Terkadang ngolor-ngidul, dengan tak lupa membawa oleh-oleh dua loyang besar martabak manis yang dibeli di Pasar Leuwiliang khusus untuk para Bujang Belantan.

Begitulah. Persoalan yang terkadang pahit sebetulnya bisa menjadi gurih dan lezat bila diterapkan dengan cara berpikir yang manis dan positif. Ibarat kerak goreng yang selalu menjadi teman setia para Bujang Belantan, bila dikelola dengan baik dan benar tentu akan menjadi hidangan yang gurih dan lezat rasanya. Semua merupakan pilihan. Tinggal kita yang memilah mana yang terbaik dan bisa bermanfaat. Seperti martabak tidak ada yang pahit bukan? Kecuali, mungkin, martabak basi. Tinggal pilih rasa kesukaan kita. Mau yang rasa kacang, selai nanas, strawberry, keju, tapai ketan atau… mau dicampur aduk semuanya…? Hmmm…

Hehe..itu cuma penggalan dari kisah-kisah yang terkadang menjadi pemompa semangat dan menjadi bahan pelajaran yang sangat berharga. Bahwa betapa mahal harga sebuah kepercayaan. Ketika ia mulai dikangkangi maka akan berakibat yang kurang baik terhadap citra individu bahkan grup. Yang pada akhirnya merembet pada terseoknya perjalanan yang hendak dilalui. Atau ketika reputasi menjadi tercela akibat komitmen yang setengah-setengah bisa memporak-porandakan struktur bangunan yang teramat kokoh sekalipun. Bahkan bisa merembet ke wilayah hukum. Tapi beruntunglah semua yang kami hadapi dibangun dengan berlandaskan pengertian yang jauh ke depan. Meskipun terkadang hanya dari satu sisi. Tapi sampai kapan? Wallahualam.

Terakhir kami mendengar kabar lewat SMS yang kurang mengenakkan dari kampung halaman. Hal yang seharusnya tidak perlu terjadi bila saja ada keterbukaan dan kejujuran. Kami hanya bisa berdoa semoga semua yang sudah terjadi menjadi pelajaran yang berharga buat pelajaran grup ke depan. Bahwa kebersamaan, kekompakkan, keterbukaan dan satu persepsi terkadang menjadikan kita lebih besar dari masalah-masalah yang ada. Yakin bahwa amanah yang kita emban ini tidaklah kecil. Semua kita sedang dipersiapkan untuk kuat dan tangguh menghadapi setiap kondisi seburuk apapun. Pelipur lara di masa sulit hanyalah doa yang selalu kami panjatkan setiap selesai melaksanakan sholat Maghrib berjamaah.

Ya Allah ridhoilah perjalanan kami ini. Berikanlah kami kekuatan kesabaran. Jauhkan kami dari sikap sombong, angkuh, iri, dengki, tamak dan semua sikap yang tidak Engkau sukai. Gembirakanlah hati kami menghadapi setiap persoalan yang bagai tak berujung ini ya, Rabb. Peliharalah harapan dan cita-cita kami. Peliharalah harapan keluarga kami. Satukan selalu kami dalam kebersamaan, kekompakkan dan kekeluargaan. Jauhkan kami dari perpecahan dan pertikaian. Ya Allah, jangan matikan kami kecuali dalam keadaan iman dan Islam. Terima kasih ya Allah. Terima kasih atas semua nikmat yang telah Engkau berikan kepada kami. Amin ya Rabbal alamin…

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Who knows where to download XRumer 5.0 Palladium?
Help, please. All recommend this program to effectively advertise on the Internet, this is the best program!