Senin, 10 Maret 2008

Betapa Susah Jadi Orang Susah


Bogor-Jakarta yang Tak Terlupakan

Duh, lama nian daku tak mem-posting artikel baru. Maklum, bukan karena nggak nemu internet tapi karena rutinitas kerjaan yang begitu menyita waktu. Satu lagi, karena belakangan ini saya lagi gandrung main game komputer war-war-an. Jadi waktu untuk menulis di blog agak sedikit terabaikan. Duileehh,,,

Sekarang baru ada sedikit waktu untuk menulis di blog lagi. Mungkin karena momen yang akan saya utarakan di sini agak sedikit menyebalkan, jadi terasa sayang untuk dilewatkan begitu saja. Sebuah pengalaman yang terjadi pagi tadi, di atas KRL “Economy Class” jurusan Bogor-Jakarta yang membuat hatiku luluhlantak.

Begini ceritanya. Libur kantor selama 3 hari (Jumat, Sabtu dan Minggu) alias long nice weekend kemarin, saya manfaatkan berkunjung ke rumah seorang kerabat di daerah Leuwiliang, Bogor. Singkat kata, tiba waktu pulang. Senin pagi, sehabis subuh, saya sudah pamitan dengan tuan rumah untuk kembali ke Jakarta. Di St. Bogor saya nyampai sekitar pukul 06.45 WIB.

Setelah membeli karcis seharga Rp2.500,- dan (juga) setelah sempat mencicipi sepiring nasi goreng pinggiran, saya putuskan untuk naik salah satu KRL yang lagi ‘ngetem’. Sial, KRL yang saya naiki ternyata ada gangguan teknis. Kelihatannya ada sedikit gangguan di sistem pelistrikannya. Melihat gelagat akan ada pemunduran jadwal keberangkatan, saya putuskan untuk pindah ke KRL lain.

Oya, KRL dari Bogor tujuan Jakarta memiliki dua rute. Satu ke St. Tanah Abang dan satunya lagi ke St. Beos Kota. Sementara tujuan saya St. Kalibata. Dua rute KRL ini pasti akan melewati St. Kalibata karena perpecahan rute akan terjadi di St. Manggarai (sebelum St. Kalibata). Jadi tak masalah KRL manapun yang saya naiki pastilah melewati tujuan saya.

Tapi alamak, seperti halnya KRL pertama yang urung saya tumpangi, KRL kedua juga disesaki penumpang! Cepe deh! Dalam hati saya membatin; alamat di pemberhentian berikutnya penumpang senasib sepenanggungan akan semakin bertambah. Dan benar saja, saat KRL telah melaju dan singgah di beberapa stasiun, penumpang bukannya surut, malah tambah berjubel. Bayangkan satu gerbong yang kapasitas maksimalnya sekitar 120 penumpang diisi sekitar 700-an lebih penumpang!

Jadilah perjalanan Bogor-Jakarta hari ini terasa begitu panjang dan melelahkan. Waktu tempuh yang hanya sekitar 45 menit serasa seperti perjalanan seharian. Riweh. Sesak. Seperti kelelep, teriak seorang penumpang di dalam sana. Kasihan bapak-bapak, ibu-ibu renta dan penumpang wanita (untung tak terlihat yang bawa anak-anak). Mereka harus berjuang lebih keras untuk bertahan hingga stasiun tujuan.

Di tengah suasana dimana oksigen menjadi ‘barang’ yang sedikit berkurang kualitasnya, ada-ada saja ulah beberapa penumpang yang agak konyol. Celetukan dan banyolan mereka di tengah suasana yang bak berada di dalam kaleng Sardinces itu, bagi saya agak sedikit menghibur. Apalagi saat melihat seorang pria latah dikerjain habis-habisan oleh teman-temannya. Tapi kasihan juga sih, mukanya jadi pucat pasi setengah matang karena kelelahan. Persis kayak ikan kaleng Sardinces benaran. “Hormaaat graaaakkkkkk!” pekiknya saat teman disebelahnya melatahi dengan ucapan lain. Hehe yang lain pada mesem-mesem capek melihatnya. Siapa suruh jadi orang latah!

Tiba-tiba persis di depan saya seorang bapak-bapak berusia sekitar 40 tahun berteriak kehilangan HP. Suasana pun bertambah riuh. Teman si Bapak mencoba untuk miscall tapi tidak ada nada tunggu. Yah bapak, kenapa juga nggak ati-ati udah tau keadaan lagi kacau... Si bapak lalu berujar pendek yang sayup kudengar; ikhlas, ikhlas dah saya… Persis kejadian yang saya alami belum lama ini.

Hhh…akhirnya. Setelah berjibaku hampir 45 menit di dalam KRL yang penuh sesak, saya pun tiba di stasiun tujuan. Lega rasanya meski kaki sebelah kiri saya agak sedikit lunglai dan sakit akibat berdesak-desakan. Satu hal yang ingin saya sampaikan kepada pihak pengelola jasa perkeretaapian, tolonglah benahi persoalan seperti ini. Tolong dijaga agar muatan tidak melebihi kapasitas, ya Pak. Kasihan orang susah tambah susah!

2 komentar:

Kristina Dian Safitry mengatakan...

sudah hilangkah rasa pegalnya? ada obat gosok nih, kalo mau,he..he..

AHMAD ZAZILI mengatakan...

Kalo kaki sih udah ilang pegalnya, mbak, tapi hati ini ya ampun, masih saja pegal rasanya. Kapan yah kita bisa tertib kayak di negara tetangga...?:-P